"Saya ingin bertemu dengan Ibu Maya!" Kata Nico pada sipir penjara. Sipir itu pun menyuruh Nico megikutinya. Dia pun melangkah dengan langkah berat memasuki ruang kunjungan penjara. Aroma pengap dan dingin menyeruak di udara, semakin membuat hatinya teriris. Di balik kaca pembatas, Maya duduk dengan wajah sayu. Tubuhnya tampak kurus, dan di sudut bibir dan juga dahinya ada bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Nico menahan napas. "Ma," panggilnya lirih, menahan luapan emosi di dadanya. Maya tersenyum lemah, tapi air mata mulai mengalir di pipinya. "Nico... Mama senang kamu datang." Nico mengangkat telepon di depannya untuk berbicara. "Kenapa Mama bisa seperti ini? Siapa yang berani memukul Mama?" Maya terisak, memainkan drama yang sudah direncanakannya. "Mereka semua kejam, Nak. T