"Semua ini salahku," gumam Noah sambil menatap foto Seina dan keanu yang terpajang di atas meja kerjanya. Seina terlihat bahagia saat itu. Begitulah keseharian Noah sejak ditinggal Seina pergi. Dia hanya duduk termenung di ruang kerjanya, tatapannya kosong meski di depannya terdapat tumpukan dokumen penting. Noah menghela napas panjang, kembali menatap berkas yang belum dia sentuh sama sekali sejak tadi. Berusaha menata hati agar bisa kembali fokus bekerja karena luka kehilangan istri yang amat dia cintai. Tak lama, pintu ruang kerjanya diketuk. Marco masuk dengan ekspresi cemas. "Tuan Noah, Anda sudah memutuskan apa yang akan dilakukan dengan perusahaan di sini?" Noah menatap Marco dengan mata lelah. "Ya, Marco, aku sudah memikirkannya. Aku akan kembali ke Italia bersama Ibu. Perusa