BAB 4

909 Words
Natalia menunggu jawaban Sultan. Dan ini sudah seminggu Sultan tak juga memberi kabar!!! Oke...mereka setiap hari memang bertemu. Tapi setiap kali Natalia membahas masalah pernikahan, Sultan langsung menghindar. Sialan!!   Natalia kesal dengan Sultan yang seakan mempermainkan dirinya. Setelah sang papa pergi, Natalia langsung menarik Sultan masuk ke dalam ruangannya. Natalia mengunci pintu dan menatap Sultan kesal. Sultan nampak panik luar biasa. Banyak orang saja Sultan masih berdebar dekat Natalia. Dan saat ini, mereka hanya berdua di dalam ruangan yang terkunci!!!   Natalia mendekat. Sultan mundur. Natalia mendekat. Sultan semakin mundur. Natalia mendengus, ia melepas sepatunya dan melempar nya tepat di d**a Sultan. Membuat Sultan mengaduh dan Natalia langsung lompat ke dalam pelukan Sultan.   "Nat...turun... apa-apaan sih, kamu." Natalia tak mau turun, ia justru menggigit telinga Sultan, membuat Sultan mengaduh. Dan parah nya. Leher Sultan ia hisap hingga meninggalkan bercak merah. Tentu saja Sultan tak tahu itu. Natalia turun dan tersenyum samar.   "Kamu, ngapain sih?" Tanya Sultan kesal. Sekaligus menahan debaran jantungnya yang sudah tak terkendali. Wajah Sultan sudah memerah ah...mungkin sudah biru karena terlalu malu dan bingung.   "Nikahi aku, Sultan!!" Tuntut Natalia. Sultan menarik nafas. Ia bersandar di meja kerja Natalia. "Nat, aku harus sholat istikharah dulu. Aku mau pastikan kamu jodoh aku atau bukan." "Kalau bukan?" "Ya, aku nggak bisa nikah sama kamu." "Ribet banget sih, kurang nya aku apa coba?" "Kurangnya?" "Iya? Kurang ku apa, banyak pria di luar sana yang berlomba-lomba buat dapetin aku. Tapi kamu, aku sodorin malah nolak."   Sultan diam. Nggak nolak, Nat. Tapi aku harus ikuti prosedur agama ku. Gumam Sultan.   "Kasih aku waktu seminggu lagi." Natalia mendengus kesal. "Ini yang perempuan siapa sih? Kenapa malah kamu yang ribet." "Bukan ribet, Nat. Tapi kamu yang nggak sabar." Natalia mendengus lagi. Ia mendekat lagi ke arah Sultan. Dengan cepat Sultan menghindar dan buru-buru keluar dari ruangan. "Maaf, Nat. Aku banyak kerjaan." Sultan langsung menutup pintu. Natalia memanyunkan bibirnya. "Dasar sok alim!!"   ♥️♥️♥️   Sultan sholat istikharah. Ia mencoba berdoa kepada Illahi agar bukan Natalia yang menjadi jodohnya. Bisa jantungan tiap hari Sultan kalau Natalia yang jadi istrinya. Bukan Sultan tak suka. Tapi sebagai pria yang mencoba lebih baik agamanya. Pastilah ia juga menginginkan istri yang Solehah, pintar mengaji dan rajin sholat.   Kalau melihat Natalia sih, kayanya jauh sekali dari idaman Sultan. Bisa-bisa bukannya Sultan yang mengajak kebaikan. Malah Sultan yang tersesat di jalan setan. Gawat!!!   Setelah sholat. Sultan mencoba tidur. Setelah membaca doa, ia memejamkan matanya.   "Sultan, bangun!!" Sultan tersentak. Ia langsung membuka mata dan melihat Natalia di sampingnya. Sultan buru-buru bangun dan menjauh dari Natalia yang duduk di sisinya. "Kenapa menjauh?" Tanya Natalia bingung. "Kenapa kamu di sini?" Tanya Sultan balik. "Ya karena aku istri kamulah, gimana sih?" "Hah? Nggak mungkin, kapan kita nikah?" "Udah setahun Sultan!!" Natalia bangun dan menarik selimut Sultan. Tapi Sultan menolaknya dan mempertahankan selimut yang menutupi tubuhnya. Tunggu...Sultan melihat tubuhnya dari balik selimut. Lalu menatap Natalia yang tersenyum.   "Ke...kenapa aku telanjang?" Tanya Sultan panik. Natalia tertawa terbahak-bahak. "Karena semalam kita habis bercinta, sayang." "Tidaaakkkk!!!!"   Brruukk!!   "Auww." Sultan mengaduh dan membuka matanya. Ia menatap dirinya bingung. Lalu bangun dari lantai dan kembali duduk di ranjang. "Aku mimpi?" Sultan mencoba mengingat kembali mimpinya. Mimpi bertemu Natalia dan bahkan mereka sudah menikah? "Tidaaakkkk!!!!!" Teriakan Sultan membahana. Buru-buru ia lari ke dalam kamar mandi. Berkaca di sana. Menepuk pipinya keras.   "Jangan Natalia, Tuhan. Please...jangan Natalia jodohku."  Sultan nampak merana. Tapi bayangan wajah Natalia semakin bergentayangan. Nikahi aku Sultan.... Sultan... Nikahi aku.... Tuhan sudah menjawab, Sultan.... Kau tak bisa lari lagi... Hahahaha   Sultan menutup kedua telinganya. Sakit telinganya saat mendengar suara itu. Sultan menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya.   ♥️♥️♥️   Di kantor, Sultan nampak kacau. Ia tak konsen mengerjakan apapun. Apalagi saat melihat pak Komar. Rasa takutnya semakin menjadi. Bagaimana tanggapan pak Komar kalau anaknya akan menjadi istrinya. Apa pak Komar rela punya menanti seperti nya. Sultan tidak selevel dengan keluarga mereka. Apa mereka tidak malu punya mantu miskin. Ah...nggak miskin-miskin amat sih. Tapi kalau di bandingkan dengan Natalia ya jauh kekayaannya.   Dan kalau benar Sultan menikah. Tabungannya yang baru ratusan juta akan ludes dalam sehari. Karena harus memberi mahar ini dan itu yang pasti tidaklah murah. Tidak mungkin kan, Sultan tidak memberi mahar. Atau memberi mahar murah. Apa kata keluarga Natalia nanti.   Eh...tunggu...kenapa Sultan jadi memikirkan masalah pernikahan. Emang Sultan sudah sedia menerima Natalia menjadi istrinya?   "Sultan." Sultan masih melamun. "Sultan!" "Ia, Natalia??" Eh.... "Natalia?" Ulang pak Komar. Sultan langsung berdiri kaku. Kaget setengah mati. "Kamu, melamun anak saya?" Tanya pak Komar. Mampus!!! "Eh itu...nggak pak...saya...aduh...." Nggak boleh bohong. Bohong dosa. Gimana dong???   "Papa, di sini?" Natalia masuk ke dalam ruangan Sultan. Makin panik aja Sultan. Natalia menatap Sultan dan papanya bergantian. "Kenapa?" Tanya Natalia. "Sultan, melamunkan dirimu," jawab pak Komar. Sultan melotot. Natalia menatap Sultan dengan senyum mengembang. Sultan buru-buru menggeleng. Natalia tak peduli, ia percaya betul pada papanya. Natalia mendekati Sultan dan memeluk lengannya.   Sultan menahan nafas saat lengannya bersentuhan dengan d**a kenyal Natalia. "Papa, aku dan Sultan akan menikah, iya kan?" "Hah???" Sultan kaget. Pak Komar menatap Sultan bingung. "Natalia kamu serius?" Tanya pak Komar. "Serius, Papa." "Sultan?" Kini pak Komar menatap Sultan. Sultan mati kutu. Bingung mau jawab apa. "Sa...saya...saya...." "Alhamdulillah kalau begitu. Dengan senang hati saya terima kamu. Dari dulu saya memang suka sama kamu, anak jaman sekarang yang tidak neko-neko. Saya tunggu lamaran kamu ya." Pak Komar langsung pergi.   "Da-da sayang." Natalia ikut pergi bersama sang papa. Setelah mereka berdua pergi. Sultan merosot dan kejang-kejang.   Astaghfirullah....apa yang terjadi sebenarnya??    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD