Pagi ini, Sultan bangun dan melihat jam. Sudah subuh. Waktu bagi Sultan untuk bersujud. Sultan melirik ke samping dimana sang istri masih tertidur dengan pulasnya. Sultan mencoba membangunkan Natalia.
"Nat, bangun. Udah subuh." Natalia nampak mengerjabkan matanya. Ia membuka mata dan menatap Sultan. "Apa?" Tanyanya.
"Sholat subuh," ajak Sultan. Natalia menguap dan langsung di tutup dengan kedua tangannya. Ia bangun dari tidurnya dan melepas semua pakaiannya. Sultan tersentak kaget.
"Nat, kamu ngapain?" Tanya Sultan tapi kedua matanya di tutup.
"Mandi," jawab Natalia singkat.
Bagi Natalia bangun pagi itu sudah biasa. Sayangnya setiap ia bangun pagi Natalia tak pernah sholat subuh. Biasanya Natalia akan lari pagi di sekitar komplek. Tapi sepertinya setelah ini hari-harinya akan berubah. Bangun pagi untuk sholat subuh barulah lari pagi. Eh ... Ralat. Olah raga pagi. Hehehe
Natalia menyelesaikan mandinya dengan cepat dan langsung keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya di lilit handuk. Ia melihat Sultan yang tengah merapihkan tempat tidur.
"Sultan, biarkan saja nanti ada bibi yang akan membereskannya." Sultan menoleh dan buru-buru menunduk lagi.
"Nggak apa-apa, aku udah biasa kok." Sultan menata bantal dan langsung melewati Natalia untuk masuk ke dalam kamar mandi mengambil wudhu.
Natalia manyun karena sehabis subuh mereka hanya saling diam di kamar. Natalia bosan. Ia melirik Sultan yang asik membaca Alqur'an di sofa. Natalia nggak suka di anggurin.
"Sultan." Natalia mendekat dan meraih Al-Qur'an dari tangan Sultan. Lalu ia taruh perlahan di meja. Sultan menatap Natalia bingung.
"Kenapa?" Tanya Sultan. Natalia tak menjawab, ia memilih melepas kaosnya dan memamerkan tubuh atasnya kepada Sultan. Sultan yang tak siappun langsung panik di buatnya.
"Nat...ka-kamu...ngapain?" Lagi-lagi natalia tak menjawab. Ia memilih duduk di pangkuan Sultan dan menatap wajahnya.
"Kiss," pinta Natalia. Sultan kebingungan.
"Kiss," pinta Natalia lagi. Sultan masih diam. Akhirnya Natalia yang mencium bibir Sultan. Melumatnya dan menggigit bibir bawahnya.
Sultan terpana dengan rasa yang di timbulkan. Tanpa sadar Sultan memegang p****t dan punggung Natalia dan mulai hanyut dalam ciuman Natalia.
Mereka berciuman dengan mesra. Tak tergesa-gesa, penuh dengan penghayatan. Natalia sangat hebat mampu membimbing Sultan untuk hanyut dalam ciumannya. Natalia mulai bermain dengan lidahnya. Sultan tersentak, karena rasanya lebih intens dan panas.
Jemari Sultan di arahkan ke d**a Natalia. Tentu saja Natalia yang mengarahkannya. Sultan tersentak lagi saat merasakan hangat, lembut dan kenyal milik Natalia. Sultan hendak melepas ciumannya namun di tahan oleh Natalia. Mereka terus berciuman. Natalia meminta Sultan untuk meremas miliknya. Namun Sultan masih diam saja. Hanya fokus pada ciuman bibirnya.
Natalia melepas ciumannya dan menatap Sultan. "remas, please." Sultan bengong. Tidak paham maksud dari Natalia. Dengan gemas Natalia menyentuh tangan Sultan dan membantunya meremas miliknya. Sultan melotot dan matanya langsung tertumbuk pada dia gunung kembar yang sedang ia remas!!!!
Sultan langsung memejamkan matanya seketika. "Sultan, dosa Lo, nganggurin istri." Sultan seketika membuka mata. Ia paling anti dengan kata dosa.
"Apa yang kamu mau?" Tanya Sultan menantang. Natalia tersenyum senang. Ia mengarahkan payudaranya pada bibir Sultan. Sultan yang tadinya siap, nampak surut lagi. Gelagapan saat Natalia menyodorkan kedua buah dadanya.
"Ma-mau apa?" Tanya Sultan.
"Sedot." Sultan langsung menelan Salivanya. Astaghfirullah...kalau Sultan khilaf gimana? Eh... Kan udah sah ya?
Sultan memejamkan matanya dan membuka mulutnya. Baru masuk ke dalam mulut dan belum sempat di sedot. Suara ketukan pintu menghancurkan segalanya.
Sultan langsung mendorong tubuh Natalia untuk menjauh. Ia memberikan kaos Natalia untuk segera di kenakan. Dengan malas Natalia memakainya. Wajahnya cemberut. Sultan buru-buru membuka pintu kamar.
"Pak Komar? Ada apa ya?" Tanya Sultan canggung.
"Panggil papa, tidak usah pak Komar."
"Eh... Iya maaf."
"Apa aku menganggu?" Tanyanya. Natalia yang dengar itu langsung menemui papanya.
"Sangat menganggu, papa." Natalia bergelayut manja pada Sultan. Pak Komar nampak tak enak hati.
"Maaf sayang, tapi papa ada perlu dengan suamimu."
"Emang harus sekarang?"
"Iya, sangat penting." Sultan langsung menatap pak Komar.
"Kalau begitu mari pak, apa yang penting?" Pak Komar dan Sultan pun keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja pak Komar yang ada di rumahnya.
Natalia cemberut dan menutup pintu dengan kesal.