“Bisa-bisanya udah setua bangka ini kena tipes, Mas?” Gavin menatap Arya tidak percaya setelah dokter memberitahukan diagnosa penyakit lelaki itu. “Dan bisa-bisanya Mas Arya ngotot nggak mau ke dokter juga padahal suhu badannya udah sampai hampir empat puluh.” Arya hanya bisa meringis. Pipinya sudah memerah, efek karena suhu badannya yang memang tinggi ditambah dengan keberadaan Anya di ruangan yang sama dengannya saat dirinya sedang diomeli oleh Gavin yang secara usia lebih muda darinya. Habis sudah harga diri Arya. Untungnya, obat antibiotik yang harus diminum Arya tersedia di apotek klinik sehingga tidak perlu menyebrang ke pulau utama untuk mencari obatnya. Kata dokter, Arya juga hanya butuh istirahat dan makan dan meminum obatnya dengan teratur sehingga dirinya bisa pulih kemb