When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Emma membuka pintu kamar Zack, yang kini menjadi kamar Alena juga. Alena sudah menunggunya, ia ingin makan siang. Emma sudah berdiri di ambang pintu. "Makan siang sudah siap, Nyonya," ucap Emma. "Terima kasih, Nyonya Emma." Alena ke luar dari dalam kamarnya. Dengan hati-hati ia melangkah menuruni anak tangga diikuti Emma. Sebenarnya, ia ingin meminta pada Zack, agar kamarnya dipindahkan ke lantai bawah saja, tapi pemandangan di sekitar rumah Zack, terasa sangat indah bila dilihat dari balkon kamar. "Mereka sedang apa?" Alena menunjuk kepada beberapa orang pria yang sedang mengerjakan sesuatu di dalam rumah Zack. "Tuan Zack memasang lift, agar Nyonya tidak harus turun naik tangga lagi," jawab Emma. Emma juga menatap ke arah para pria itu. "Benarkah?" Mata Alena menatap Emma dengan ra

