LEGENDA KEMBALI

1471 Words
Kicau burung di pagi hari saling sahut-sahutan dengan suara dering sebuah ponsel. Tak lama setelah itu, sebuah tangan dengan enggan terlihat keluar dari sebuah selimut. Mencoba untuk menolak siapa pun yang mencoba mengganggu tidurnya. "Shit! Apa kamu lelah hidup? Tidak tahukah pukul berapa sekarang?" caci lelaki muda saat dia akhirnya menyerah untuk menolak panggilan masuk. Dia berniat untuk mengomeli orang tak tahu diri itu. Namun, omelannya berhenti saat dia mendengar apa yang dikatakan orang itu. "Hei, berhenti bercanda. Apa maksudmu dengan Servant membuka lowongan? Aku baru saja mati. Dan Servant baru saja hancur. Apa yang kamu ucapkan?" Lelaki itu linglung. Dia yakin bahwa semalam dia terjun dari lantai ke-27. Bukankah harusnya dia sekarang sudah mati? Apakah dia sekarang ada di surga? Ataukah semalam dia berhalusinasi? Dengan semua pemikiran itu, lelaki itu melempar selimutnya dengan kasar. Dia menatap sekeliling. Ini bukan hotel mewah tempatnya menginap. Ini hanyalah kamar sewaan satu petak yang sangat kumuh. Kamar yang sangat familiar di matanya. "Apakah aku sudah gila jadi berhalusinasi?" Lelaki itu menatap sekeliling. Dia tetap tidak bisa mengerti. Jika dia berhalusinasi, rasa sakit saat tubuhnya menghantam tanah begitu terasa. Lalu, umpatan ketakutan dari pecundang itu juga terdengar jelas. "Sebenarnya apa yang terjadi?" Lelaki itu bingung. Saat dia mencoba untuk mencerna semua ini, ponsel butut itu kembali berdering. Hanya saja, itu bukan sebuah telepon. Melainkan sebuah chat yang masuk ke dalam salah satu aplikasi sosial medianya. Cepat datang. Seleksi anggota internal Servant akan segera dimulai. Hanya sebaris pesan, tapi hal ini sudah membuat lelaki itu merasa dirinya berhalusinasi. Bagaimana tidak, jika ini benar, itu berarti dia kembali ke masa lima belas tahun yang lalu. Masa-masa dia berjuang untuk masuk ke salah satu lokakarya baru yang didirikan di wilayah kampusnya berada. Masa-masa tersulit dalam hidupnya. "Adakah yang mencoba untuk mempermainkanku?" Lelaki muda berpiyama biru itu linglung. Dia menatap sekeliling. Lalu dengan tergesa-gesa, dia mencoba untuk mengakses internet. Yang ada di pikirannya cuma satu, internet tidak akan bisa dimanipulasi. Hanya saja, hasil dari pencariannya membuat tubuh tegap itu terhuyung. Bagaimana tidak, kolom pencarian yang baru saja dia akses menunjukkan sesuatu yang mustahil. Hari ini—menurut salah satu thread teratas—merupakan hari di mana helm virtual untuk memainkan Eternal Saga diluncurkan. Itu berarti, kurang dari seminggu saat sistem utama Eternal Saga dibuka. "Aku kembali ke masa ini?" bisiknya pelan. "Berarti aku memang pernah mati. Surga tidak menjauhiku." Lelaki itu menangis. Apalagi saat dia melihat sebuah bingkai foto yang berdiri tegak di meja belajarnya. Foto itu membingkai tiga orang. Seorang wanita setengah baya diapit oleh dua orang lelaki yang berbeda umur. Satu orang berumur lebih tua dari wanita itu, sedangkan yang satu lagi berumur sekitar delapan belas tahun. Senyum bangga di wajah dua orang paruh baya itu membuat hati lelaki muda menghangat. Melihat foto itu, Lelaki itu semakin menangis. Dia masih ingat, dua tahun setelah wisudanya, satu per satu dari orang tuanya meninggal dunia. Ayahnya meninggal karena tertekan oleh omongan saudara-saudaranya tentang dia. Tentang dia yang seorang sarjana, tapi hanya bekerja sebagai pemain game profesional. Dengan gaji di bawah rata-rata. Ibunya meninggal setahun kemudian. Selain karena alasan yang sama, ibunya juga kekurangan gizi. Saat itu, penghasilannya sebagai pemain game profesional juga belum begitu membaik. Hingga saat ibunya membutuhkan cuci darah, dia sama sekali tidak bisa menyiapkan uangnya. Sungguh, masa lalu yang kelam. "Jika memang surga memberikan kesempatan untuk kembali, setidaknya aku harus mengubahnya menjadi lebih baik." Lelaki itu akhirnya tersenyum. Senyum penuh tekad yang sangat kuat. Dia ingin membuat orang tuanya hidup lebih lama. Meyakinkan mereka untuk tidak khawatir. Setelah berdamai dengan hati, dia beranjak untuk membersihkan diri. Bersiap untuk datang ke universitasnya. Namun, tujuannya kali ini bukan untuk mengikuti sebuah seleksi. Dia akan mendirikan lokakaryanya sendiri. *** "Kakak Radi, mengapa kamu baru datang?" Pekikan seorang lelaki muda membuat semua orang di sekitarnya menoleh. Namun, lelaki itu sama sekali tidak peduli. Yang dia pedulikan adalah bahwa seseorang yang dia tunggu akhirnya datang. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum pendaftaran ditutup. Mereka masih punya waktu jika mereka bergegas. "Tian, aku datang bukan untuk ikut pendaftaran," ucap pria bernama Radi itu membuat dua orang di hadapannya menoleh kaget. Dua orang itu adalah sahabat terbaik Radi. Dulu, saat Servant membuka lowongan, hanya dua dari mereka yang diterima. Sedangkan salah satu dari mereka akhirnya memilih untuk menjadi pemain solo. "Maksudmu apa, Kak?" tanya Tian, lelaki yang tadi memekik bahagia saat dia melihat kehadiran Radi. Sedangkan lelaki berjaket merah di samping hanya diam. Namun, dari matanya, semua orang tahu bahwa dia juga penasaran. "Aku berniat untuk mendirikan workshop sendiri. Bermain dengan kalian tanpa harus menjadi pesuruh orang lain. Apakah kalian mau bergabung?" tanya Radi. Bukan tanpa sebab Radi mencoba mengajak kedua temannya itu. Di masa lalu, kedua orang itu menjadi sangat terkenal. Contohnya saja Tian, meskipun dia hanya menjadi  anggota luar saat awal Eternal Saga dimulai, tapi pada saat masa jabatan Radi sebagai ketua persekutuan, lelaki itu menunjukkan bakat manajement yang sangat baik. Pada saat itu Servant menjadi salah satu persekutuan kelas satu. Persekutuan ini memiliki beberapa kota NPC yang berada di bawah kendalinya. Juga mempunyai satu kota persekutuan. Lalu, setahun setelah pembangunan kota persekutuan, Tian yang menjadi salah satu eselon atas mendapat tanggung jawab untuk menjalankan management kota persekutuan. Tak lama semenjak dia menjabat, kota itu tumbuh menjadi kota persekutuan nomer satu di kerajaan. Sebuah prestasi yang sulit diperoleh untuk persekutuan tingkat satu. Selain Tian, Rafa—lelaki berjaket merah—lebih menakutkan. Meskipun dia tidak pandai dalam hal pertarungan, tapi bakatnya dalam lifestyle job sangat mengagumkan. Tiga tahun setelah peluncuran Eternal Saga, Rafa menjadi alkemis master pertama di Eternal Saga. Bakatnya bahkan menyalip pemain lifestyle yang dipelihara oleh persekutuan. Namun, yang mambuat dia terkenal bukan hanya ini, tapi bakatnya dalam perdagangan. Bakat inilah yang membuat dia menjadi incaran persekutuan tingkat super. Para kekuatan utama ini berlomba-lomba untuk mengikatnya. "Kak, kamu masih mabuk?" tanya Tian setelah sadar dari keterkejutannya. Bagaimana dia tidak terkejut? Radi baru saja mengatakan akan tentang mendirikan workshop mereka sendiri. Jika bukan karena Tian begitu hafal dengan tabiat Radi, mungkin dia sudah yakin bahwa orang di depannya adalah Radi palsu. "Em, seperti itu kira-kira." "Kak Radi, apa kamu sedang bercanda? Tolong jangan bercanda sekarang. Pendaftaran akan ditutup sebentar lagi. Kita akan terlambat jika kamu terus bercanda," ucap Tian panik. Dia tidak berpikir bahwa Radi masih akan bercanda di masa-masa genting seperti ini. "Aku tidak bercanda. Semalam aku bermimpi tentang dipecat dari Servant setelah semua hal yang aku lakukan untuk workshop tersebut. Hal ini membuat aku sadar bahwa lebih baik untuk mendirikan workshop sendiri daripada mengikuti orang lain. Kalian adalah saudaraku. Jadi aku ingin membangunnya bersama kalian," ucap Radi tulus. Hal ini membuat hati kedua lelaki di hadapannya menghangat. "Kak, apa kamu punya uang? Kita sedang berbicara tentang sebuah workshop. Dan kita tidak bisa menjalankannya hanya dengan kita bertiga. Lalu soal helm virtual, kita masing-masing harus mengeluarkan uang lima juta rupiah. Totalnya adalah lima belas juta hanya untuk kita bertiga. Bagaimana dengan gaji karyawan? Bangunan untuk workshop?" ucap Tian yang disetujui oleh Rafa. "Soal itu, asalkan kalian setuju, aku tahu cara untuk mendapatkan helm virtual pinjaman untuk sementara." "Jangan bilang ini tentang helm percobaan yang dikhususkan untuk pelajar? Itu cuma satu bulan," pekik Rafa. Lelaki yang dari tadi memilih diam itu akhirnya buka suara. "Ya, aku sudah tahu cara mencari uang pada tahap awal ini. Yang perlu kalian lakukan hanya naik level dan mengembangkan bakat kalian. Jadi, apakah kalian mau membangunnya bersamaku?" "Oke, aku mau. Sepertinya bagaimana hasilnya, aku tetap tidak akan lulus seleksi Servant," ucap Rafa. Dari awal pertemuannya dengan Radi, Rafa sudah yakin bahwa lelaki itu dapat dipercaya. Meskipun saat ini sifat tenang Radi tidak seperti biasanya, tapi Rafa bisa melihat tentang rasa optimis di mata lelaki itu. "Lalu, bagaimana denganmu, Ti?" tanya Radi. Dia sangat berharap bahwa Tian juga menyetujuinya. "Baiklah, kita bisa memulainya bersama-sama. Jika ini gagal, kita bisa mencari cara lainnya. Namun, bagaimana soal kecantikan yang indah itu? Bukankah Kakak ingin masuk Servant karena dia ada di sini?" Pertanyaan Tian membuat Radi kembali tersadar. Dia berkerja keras di masa lalu karena wanita ini. Dia juga memberikan segalanya yang dia miliki. Namun pada akhirnya, wanita ini tetap saja meninggalkannya. "Itu tidak penting. Jadi, sekarang ayo ke pusat peminjaman. Jika kita telat, mungkin kita harus menunggu seminggu lagi." Setelah mendengar ucapan Radi, mereka akhirnya bergegas menuju ke pusat peminjaman. Melampirkan kartu mahasiswa mereka untuk memperoleh satu helm virtual percobaan. Meskipun kualitasnya di bawah helm virtual kualitas super, tapi helm percobaan ini berada di peringkat pertengahan. Jadi tidak akan sama sekali mengganggu mereka untuk memulai game ini. *** Setelah menemani kedua temannya meminjam helm virtual, Radi memilih untuk pergi ke supermarket terdekat. Dia berniat untuk membeli beberapa kebutuhan sehari-hari. Sekarang, dia mempunyai tanggungan yang sangat banyak. Selain helm virtual, dia juga harus mencari bangunan yang cocok untuk workshop-nya. Tanpa tempat kerja, apa yang dia rencanakan tidak akan pernah berjalan. "Aku sudah meminta Tian dan Rafa untuk memilih job yang biasanya dia gunakan, jadi aku tidak perlu takut akan mereka yang terpesona dengan job-job lainnya," gumam Radi. Saat ini dia sudah berada di apartemennya yang bobrok. "Aku sudah tidak sabar untuk melihat, apakah yang akan aku lakukan pertama kali saat masuk ke dalam game." Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD