Vio berbaring miring di sisi ranjang, tubuh mungil Afsheen terlindung dalam dekapan lengannya. Dengan lembut ia menepuk-nepuk paha kecil putrinya sambil berbisik penuh kasih. “Kenapa, sayang, haus, ya?” ucap Vio pelan, jemarinya menyentuh lembut sudut bibir Afsheen. Seolah mengerti, bayi kecil itu langsung mencari sentuhan hangat ibunya, membuat Vio terkekeh geli. “Uh, anak bunda haus, nih,” gumamnya sambil mengelus pipi tembam Afsheen. Dari belakang, suara Jarek yang penuh godaan ikut menyusul. “Ayahnya juga haus,” bisiknya seraya menunduk dekat telinga Vio. “haus belaian.” Vio mendengus, pipinya memerah tapi tetap berusaha menahan senyum. “Nanti juga ada waktunya dibelai. Jangan sekarang,” jawabnya ketus, namun nada suaranya justru terdengar manja. Sambil terus mengusap wajah Afshee

