Priska menyambut kedatangan mereka di depan ruangan tempat Bisma di rawat. Mala mendongakan wajahnya, menatap wajah Priska yang sayu, dan sendu. "Tante?" Priska menganggukan kepala, air mata meluncur membasahi pipi ketiga wanita itu. Mala menggigit bibir, menahan isak. Priska berlutut di sisi kursi roda yang diduduki Mala. Digenggam jemari Mala yang bebas dari jarum infus. "Aku mohon padamu, Mala. Tolong maafkan dia. Jika yang terbaik baginya adalah kesembuhan, mungkin maafmu akan mempercepat kesembuhannya. Tapi jika yang terbaik dari Allah baginya adalah kematian, mungkin maafmu akan memudahkan jalannya," ujar Priska dengan suara terbata-bata. Air mata mengucur begitu deras di pipinya. "Tante ...." Mala tak mampu berkata yang lainnya. Hanya air mata yang mengalir deras di pipinya.