Ekspresi cemas terlihat jelas dari wajah cantik Eliza. Ia benar-benar cemas dengan keadaan om Rudi yang saat ini sedang di periksa oleh dokter. Tadi ketika ia pulang dari tempat acara pernikahan mantan pacar Andra, Eliza menemukan omnya pingsan di kamarnya. Dengan panik Eliza langsung membawa Omnya ke rumah sakit. Untung saja ia langsung menghubungi Andra untuk meminta bantuannya untuk mengantar omnya ke rumah sakit.
"El, kamu tenang aja dokter pasti akan menyelamatkan om Rudi,"kata Andra mencoba menenangkan Eliza sahabatnya.
"Aku takut Ndra terjadi sesuatu yang buruk sama om Rudi. Karena aku tahu beberapa hari terakhir kondisinya sedang gak baik," kata Eliza yang terduduk sambil melihat ke arah pintu dimana omnya sedang di lakukan tindakan.
Andra hanya bisa memberikan pelukan dan dukungan kepada sahabatnya ini. Ia tahu bagaimana kerasnya hidup yang di jalani Eliza. Di usianya yang masih sangat muda ia harus berjuang untuk hidup. Terkadang Andra merasa kasihan karena sahabatnya ini harus bekerja sangat keras untuk bisa mencukupi kehidupannya beserta omnya. Apalagi Tante dan sepupunya tak pernah memperdulikan suami dan ayah mereka sama sekali. Bahkan bisa di bilang mereka lepas tangan dengan segala hal yang berhubungan dengan om Rudi. Jadi secara otomatis Eliza lah yang menanggungnya. Terkadang Andra selalu ingin membantu Eliza jika ia merasa kesulitan. Tapi sahabatnya yang keras kepala ini selalu bilang jika ia masih sanggup untuk melakukan apapun itu. Dan sebagai sahabat Andra hanya bisa memberi dukungan. Dan ia juga sangat bangga memiliki sahabat seperti Eliza yang mau bekerja keras untuk tetap bisa bertahan hidup.
Eliza pun hanya bisa menangis dalam pelukan Andra sahabatnya. Karena ia tak bisa memikirkan apapun soal ini.
Tak berapa lama dokter pun keluar dari ruangannya dan berjalan ke arah Eliza.
"Dok gimana keadaan om saya?" tanya Eliza langsung ketika dokter ada di hadapannya.
"Untuk saat ini keadaan pasien sudah stabil. Tadi pasien mengalami serangan jantung. Kedepannya saya akan melakukan beberapa tes untuk melihat kondisi jantung pasien. Apakah perlu di lakukan operasi ataupun tidak. Tapi untuk sementara waktu saya ingin pasien untuk di rawat sementara waktu," kata dokter menjelaskan.
Eliza yang mendengar penjelasan dari dokter langsung merasa badannya lemas karena ia tak tahu jika kondisi omnya separah ini. Dan ia juga bingung berapa banyak uang yang harus ia keluarkan untuk biaya rumah sakit omnya.
"Dok, kalau om saya di rawat di rumah saja bagaimana?" tanya Eliza hati-hati.
"Saya tidak menganjurkan pasien untuk di rawat di rumah karena keadaan pasien harus selalu di pantau karena kita tak tahu kapan serangan itu datang lagi," kata dokter menjelaskan.
Andra yang tahu jika Eliza khawatir dengan biaya rumah sakit akhirnya mengambil alih semuanya.
"Kalau begitu lakukan yang terbaik untuk pasien dok. Soal biaya biar saya yang tanggung semua," kata Andra berbicara pada dokter.
Eliza yang mendengar hal itu langsung melirik ke arah Andra. Ingin rasanya ia membantah Andra tapi tatapan tajam dari mata Andra mengatakan jika dia tak mau di bantah.
"Baik. Kalau begitu biar saya siapkan pasien untuk masuk ke ruang perawatan." Sang dokter itu pun segera masuk ke dalam ruangan lagi.
"Ndra ngapain kamu pakai bilang kalau kamu yang bakal bayar semua biaya perawatan om Rudi? Aku gak enak sama kamu Ndra. Dari dulu aku selalu ngerepotin kamu," kata Eliza merasa tidak enak.
"Udahlah El. Kalau cuma biaya rumah sakit om Rudi aku masih sanggup. Lagian kita kan sahabat. Sebagai seorang sahabat kita harus saling membantu jika sahabat kita mengalami masalah. Dan saat ini kamu yang sedang dalam masalah. Jadi kewajiban aku sebagai sahabat kamu buta bantuin semua masalah kamu. Jadi gak usah dipikirin lagi," kata Andra mencoba menjelaskan pada sahabatnya yang keras kepala ini.
"Makasi ya Ndra. Aku janji kalau nanti aku punya uang aku pasti ganti." Eliza pun berbicara seperti itu kepada Andra.
"Iya El," jawab Andra santai.
Dan sepanjang malam itu Andra menemani Eliza di kamar perawatan om Rudi. Karena Andra tidak tega melihat Eliza menunggu omnya seorang diri.
Sementara di tempat lain William sedang menikmati waktu sendirinya dengan meminum wine yang ada di tangannya. Ia melihat ke arah luar sambil melihat pemandangan malam yang malam ini cukup indah. Sambil meminum wine miliknya ia kembali mengenang tentang banyak hal. Tentang hidupnya yang sekarang sudah jauh berubah dari sebelumnya. William ingat bagaimana kerasnya ia berjuang untuk sampai di titik ini. Menjadi seorang pemimpin dari sebuah perusahan yang besar serta pemimpin dari sebuah mafia yang terpandang tidaklah mudah. William yang saat itu baru berusia 17 tahun harus membuat banyak orang percaya bahwa ia bisa melakukan semua tugas yang sang papa lakukan dulu. Karena sebagai putra sulung di keluarga Ritz hanya William lah yang bisa melakukan semua ini. Saat itu William ingat bagaimana penolakan para anggota perusahan maupun anggota kelompok mafianya tidak setuju jika dirinya memimpin karena menganggap bahwa dirinya tidak mampu dan cocok untuk menjadi pemimpin. Tapi nyatanya sekarang William membuktikannya. Ia berhasil membuat semua orang percaya dan tunduk padanya. Tapi dibalik itu semua banyak konsekusi yang harus ia ambil. Ia tidak memiliki banyak waktu untuk bersama adiknya Luna. Dan ia juga menjadi sangat kesepian seperti ini.
William berdiri dan mengambil sebuah kotak kecil berbahan kayu yang ia simpan di laci kamarnya. Ia pun membuka kotak kayu itu. Dan ketika ia membukanya ia melihat satu bungkus coklat dan satu gelang rambut. Wajah William yang bisanya tak pernah tersenyum tiba-tiba tersenyum ketika melihat kedua benda itu. Bagi William kedua benda itu sangat berarti baginya. Karena kedua benda itu mengingatkan William akan sosok gadis kecil yang membuat seorang William yang dulunya dingin berubah menghangat.
10 tahun yang lalu...
Hati William hancur ketika tahu kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan. Saat ini usianya Barus 17 tahun ketika mendapat kabar jika kedua orang tuanya meninggal. Apalagi ia juga harus berjuang untuk bisa terlihat tegar di depan semua orang terutama untuk sang adik Luna yang sangat terguncang karena mendengar mama dan papanya meninggal. Hingga William merasa tidak kuat dan ia menangis di tempat duduk sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya.
"Mama, papa kenapa kalian tinggalin Liam sama Luna. Liam dan Luna sangat merindukan mama dan papa," kata William remaja dengan perasan hancur.
Dan sepanjang sore William terus menangis menumpahkan rasa rindu yang ia rasakan untuk kedua orang tuanya. Hingga tiba-tiba ada seorang gadis kecil memberikannya sebuah permen coklat.
"Kakak mau permen coklat. Kata bunda kalau lagi sedih makan permen coklat bisa membuat kita senyum lagi. Jadi aku kasih kakak permen coklat biar kakak gak sedih lagi," kata gadis kecil itu sambil tersenyum.
Untuk pertama kalinya William terpana melihat senyum yang sangat cantik dan mata coklat terang yang menambah kesan cantik dari gadis itu. Dan tiba-tiba jantungnya berdetak kencang hanya dengan melihat gadis itu.
"Dan ini aku kasih kakak gelang rambut keberuntungan aku. Gelang ini akan mengambil semua kesedihan yang kakak alami dan kakak bisa tersenyum lagi," kata gadis kecil itu sambil memberikan gelang rambutnya.
William pun hanya bisa menerima pemberian gadis itu dan matanya terus tertuju pada wajah gadis itu.
"Aku pulang dulu ya kak. Soalnya nanti takut bunda nyariin. Kakak jangan sedih lagi ya. Bye... Bye kakak," kata gadis itu yang sudah berlari pergi dari hadapan William.
Sampai detik ini William masih ingat bagaimana senyum gadis itu. Senyum yang membuat hatinya berdebar hingga saat ini. Dan ketika ia sudah beranjak dewasa ia sadar jika perasaannya pada gadis itu bukan sekedar cuma suka tapi lebih. Hingga ia pun terus mencari gadis itu tapi sampai sekarang ia belum juga menemenjkannya
"Aku pasti akan menemukanmu. Dan aku akan menjadikan kamu milikku. Menjadi nyonya Ritz di rumah ini," kata William sambil memandang benda-benda yang mengingatkannya pada gadis itu.
Happy reading