Elle bersembunyi di balik punggung Cass dengan takut takut. Dari awal, sejak mengenal Chase Everett, entah kenapa, ia memang merasa tidak nyaman. Sorot matanya, sikapnya, gesturnya, lalu pesan pesan yang dikirimkan…
Susunan kata dari pesan itu memang biasa saja, tapi ada kesan memaksa yang membuat Elle terganggu. Dalam pikiran Elle, seharusnya Chase menyadari dari sikapnya kalau ia tidak ingin meresponnya lebih lanjut.
Ia meremas jari jari Cass dengan erat.
“Silahkan pergi,” Cass menatap Chase dengan tajam.
Chase memperhatikan Elle yang bersembunyi di balik tubuh lelaki di hadapannya. Ia juga melihat kalau ada orang orang di sekitar mereka yang memperhatikan.
Restoran tersebut adalah restoran mewah yang sering ia kunjungi sehingga Chase juga tidak ingin mencari masalah. Ia menarik nafas panjang lalu beranjak pergi.
Cass memperhatikan hingga Chase menghilang dari pandangannya. Setelahnya, ia menoleh ke belakang sambil menatap Elle yang menunduk.
“Maaf aku lepas kendali. Tapi… Lelaki itu… Mmm.. Aku, tidak, suka,” Ucap Cass.
“Aku juga tidak suka,” Elle menggumam.
Cass tersenyum, “Kita sama sama tidak menyukainya. Orang itu harus diblokir dari kehidupanmu dan juga kehidupanku.”
Elle mengangkat kepalanya dan tertawa. Ia menatap Cass dengan mata berbinar.
Cass hanya bisa terpesona. Matanya tak berkedip memperhatikan bibir tebal Elle yang sensual membentuk lengkungan indah. Gigi gigi putihnya berderet rapi sehingga mempercantik wajahnya.
Elle akhirnya berhenti tertawa.
Mata mereka bertemu dan saling bertatapan. Keduanya diam membisu.
Tiba tiba, Elle menyadari kalau tangannya berada dalam genggaman Cass. Ia melepaskan tangannya secara perlahan, “Euh.. Te… Terima kasih.
“Terima kasih sudah membelaku dari lelaki itu.”
Cass berdehem, “Ehm… Itu tugasku.”
“Tugas?” Elle mengatupkan bibirnya.
“Iya,” Cass mengangguk.
Elle sedikit kecewa. Ia menunduk.
“Kenapa?” Cass bertanya dengan hati hati. Ia tidak suka melihat ekspresi Elle yang mendadak berubah tanpa senyum.
“Tidak,” Elle menggeleng sambil duduk kembali di kursinya.
Cass hendak bertanya lebih lanjut tapi pelayan restoran muncul mengantarkan makanan pesanan mereka. Ia pun duduk di hadapan Elle tanpa banyak berkata kata lagi.
Elle pun diam.
Keduanya makan dalam kesunyian. Suara sendok dan piring yang beradu terdengar jelas.
Cass merasa tidak enak hati. Tapi ia juga bingung harus bicara apa. Akhirnya, tidak ada kata yang keluar, Cass menikmati makanan tanpa selera.
“Aku… Sudah selesai,” Elle bicara perlahan.
Cass kemudian memanggil pelayan yang melintas untuk meminta bill. Ia pun membayarnya.
“Apa kamu mau kembali ke kantor sekarang?” tanya Cass.
Elle menjawabnya dengan anggukan. Ia pun berdiri lebih dulu dan melangkah keluar restoran.
Meski bingung dengan sikap Elle, ia mengikutinya.
Mobil bergerak maju menjemput mereka di lobi restoran. Saat kendaraan roda empat tersebut berhenti, Elle langsung naik tanpa menunggu Cass membukakan pintunya.
Cass semakin bingung, tapi memutuskan untuk diam. Ia membuka pintu depan mobil dan naik ke jok samping pengemudi.
Dari kaca tengah mobil, sesekali Cass melihat ke belakang. Matanya memperhatikan kalau Elle hanya duduk sambil memperhatikan ponselnya.
Cass bertanya tanya.
Hhh…
Ada apa dengan Elle? Apa salahku?
Cass ingin mengajak Elle bicara, tapi adanya pengemudi membuatnya canggung. Ia pun diam hingga mobil tiba kembali di kantor pusat Cirillo Group Company.
Lagi lagi, Brielle Cirillo keluar dari mobil tanpa menunggu pengemudi membukakan pintunya. Ia berjalan dengan cepat hingga Cass pun tergopoh gopoh mengikutinya.
Di dalam lift, Cass memberanikan diri untuk bertanya.
“Kamu kenapa?” Cass memperhatikan reaksi Elle. “Sorry, tapi apa aku berbuat salah?”
Elle menggeleng, “Aku yang salah.”
Cass mengerutkan keningnya, “Maksudnya?”
Pintu lift pun terbuka.
Elle melangkah lebih dulu dan masuk ke ruangannya. Ia kemudian berbalik hendak menutup pintunya. Matanya menatap Cass, “Jangan ganggu aku.”
“Pintu pun tertutup.”
Cass terdiam.
“Ada apa dengan Elle?” ia menggumam.
Cass mengangkat tangan kanannya dengan niat mengetuk pintu ruangan Elle dan memaksa masuk, tapi…
Ia berpikir ulang.
“Sudahlah, biarkan dulu. Aku juga harus memikirkan mengenai kesalahanku…” ucap Cass pada dirinya sendiri.
Ia pun melangkah masuk ke ruangannya dan duduk diam di kursi kerjanya sambil memutar mutarnya. Otaknya berpikir dan mempertanyakan mengenai sikap Brielle….
>>>
Elle duduk di atas kursi kerjanya. Mulutnya mengerucut…
Tangannya menarik handle laci meja di sampingnya. Elle mengambil sebungkus permen dan mengambil sebutir. Ia mengemutnya.
Matanya terpejam.
Apa aku salah paham dengan sikap Cass? Dia mengakui sendiri kalau hanya menjalankan tugas.
Kesal juga rasanya.
Ah, kenapa aku memikirkannya?
Elle bangkit dari kursi dan berjalan ke arah jendela. Ia berdiri sambil menatap keramaian Jakarta dari balik jendela.
Tindakannya itu sering ia lakukan di kala ada kegundahan melanda. Permen dan jendela besar tersebut selalu membantunya tenang.
Aku ini kenapa? Hanya gara gara Cass menjagaku dari si Everett, langsung saja merasa senang. Tapi… Kenapa juga aku kecewa saat tahu dia hanya menjalankan tugas?
.
Itu memang tugasnya. Dia harus melindungiku. Justru aneh kalau dia tidak menjagaku.
Kenapa aku harus marah? Kenapa aku harus merasa terganggu?
Elle menarik nafas panjang.
Apa aku menyukainya?
Dia memang menarik. Apalagi dengan tubuhnya yang tinggi besar dan wajahnya yang tampan, Cass begitu menonjol. Dia memiliki ketampanan yang tidak pernah dilihatnya.
One of a kind…
Elle pun tersenyum.
Didukung dengan sikapnya yang terasa apa adanya, meledak ledak namun perhatian, Cass memang menawan.
“Ahh… Aku… Apa aku serius menyukainya?” Elle bingung sendiri.
“Kalau memang iya, tidak ada yang salah juga dengan perasaan itu bukan?” Elle kembali bertanya tanya. “Yang penting lelaki yang aku suka bukanlah seorang pengecut seperti Rexton Orville.
“Cass terlihat berani dan tegas. Dia… Memiliki kualitas baik sebagai seorang laki laki.
“Tidak ada hal yang menghalangiku untuk menyukainya.”
Elle kembali tersenyum lebar.
“Kita lihat saja nanti. Wait and see Elle. Jangan memikirkan hal yang membuatmu bersedih, lebih baik sekarang fokus untuk bekerja dan menjalankan misimu…” Ia bicara pada dirinya sendiri. “Kamu harus mencari tahu mengenai Rexton Orville.”
“Rasa penasaran ini semakin menjadi jadi,” Elle mengepalkan tangannya. “Dia akan aku temukan…
“Pasti.”
Tok, tok, tok…
Elle menoleh ke arah pintu, “Masuk.”
Sosok Cass muncul di hadapannya.
Dug, dug, dug…
Elle merasakan jantungnya mendadak seperti berdetak kencang. Seketika, rasa marah itu kembali muncul.
“Bukannya aku bilang jangan ganggu.”
Cass menggaruk rambutnya, “Sorry, tapi aku setulus hati ingin meminta maaf. Kalau memang aku berbuat salah. Mmm…. Aku memperhatikan dan melihat, sepertinya, kamu marah padaku.”
Elle mengatupkan bibirnya, “Aku tidak tahu…”
Ia kembali membalikkan tubuhnya sehingga membelakangi Cass.
Duh, kenapa juga jawabanku seperti itu?
Semerbak aroma kayu yang begitu jantan tiba tiba menggelitik indera penciumannya. Elle bisa merasakan kalau Cass ada di belakangnya.
“Kenapa kamu tidak tahu?” Cass bertanya perlahan.
Jantung Elle kembali berdetak dengan kencang. Momen dirinya dan Cass saling berpegangan tangan di restoran tadi kembali muncul.
Oh.. Debar jantungku semakin menggila. Bagaimana menenangkannya? Permenku ada di laci dan aku tidak ingin membalikkan tubuh.
Elle bisa merasakan lagi kalau Cass semakin mendekat ke arahnya. Bahkan ada satu bagian dari tubuh sekretarisnya itu yang terasa seperti menyentuh punggungnya.
“Kenapa Elle? Jawab. Aku tidak bisa tenang sampai kamu jawab,” tegasnya. Nada bicaranya terkesan memaksa dan tidak sabaran.
Elle menarik nafasnya sambil membalikkan tubuhnya. Di saat yang sama, Cass terus mendekat.
Hingga saat Elle memutar dirinya, tubuhnya dan Cass saling berhadapan. Tanpa jarak.
Keduanya kaget.
Mata mereka saling menatap.