INSIDEN (TIDAK) SENGAJA

1207 Words
Pagi hari… Cass bangun pagi pagi sekali. Ia dengan cepat bergerak ke kamar tamu, tempat Deon Cannavaro tertidur. Semalam, Deon memang sengaja menginap di kediaman Keluarga Orville untuk mengatur rencana terkait ‘insiden’ yang akan menimpa Emmet Shaw. “Cannavaro wake up,” Cass berteriak di depan pintu. Deon membuka pintu dan menatap Cass dengan kesal, “Aku sudah membuka mataku. Baru saja hendak bangkit dari tempat tidur… Tapi.. Teriakanmu itu membuat kepalaku sakit.” “Gosh… Lama lama kamu berubah jadi perempuan yang hobi mengomel,” Cass geleng geleng kepala. Deon kembali masuk ke kamar dan berganti pakaian. Ia menyempatkan waktu untuk menggosok gigi dan mencuci muka. Mereka hendak bergerak menuju apartemen Emmet Shaw. Nantinya Cass berlari pagi menyusuri rute yang biasanya dilalui Emmet. Deon akan mengikutinya dengan menggunakan sepeda bersama sama dengan dua orang anggota tim lainnya. Kemudian, satu orang pesepeda akan menabrak Emmet dan melarikan diri. Mereka menargetkan setidaknya sekretaris dari Brielle Cirillo tersebut terluka di kakinya sehingga tidak akan bisa bebas bergerak dan mengharuskannya cuti dan beristirahat dari pekerjaan. Saat itulah Cass muncul untuk menolongnya. Selanjutnya, mereka akan berkenalan. Setelah itu semua, Cass akan berstrategi untuk menjadi pengganti Emmet. “Cepat, nanti kita ketinggalan momentum,” Cass tidak sabaran. Mereka kemudian naik ke sebuah van bersama dengan dua orang tim mereka sambil sekalian mengangkut sepeda. Mobil pun mendekat ke arah apartemen Emmet Shaw tinggal. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kediaman Keluarga Orville, sehingga tidak memakan waktu lama. Van terparkir di pinggir jalan yang agak tersembunyi sambil menanti hingga Emmet Shaw keluar dari komplek apartemennya dan berlari menyusuri trotoar jalan. Cass, Deon dan dua orang lainnya mengenakan speaker kecil semacam airpods di telinga mereka untuk bisa berkomunikasi. Tak lama, mereka melihat kalau Emmet Shaw keluar dari dalam komplek apartemennya dan berlari menyusuri trotoar. “Ini waktunya kita keluar,” perintah Cass. Ia keluar lebih dulu dari yang lainnya dengan memperhitungkan jarak antara dirinya dengan Emmet agar tidak terlalu jauh tapi juga tidak terlalu dekat. Selang beberapa menit kemudian, Deon dan dua orang lainnya mengeluarkan sepeda dan mulai bergerak mengayuhnya. Cass berlari dengan tenang sambil terus memperhatikan Emmet yang ada di depannya. Ia lalu menoleh ke belakang dan melihat kalau Deon dan yang lainnya sudah mulai bersepeda. Dua belokan lagi, sepeda menabraknya dan Emmet akan terjatuh. Rencanaku ini harus berhasil. Mereka terus berlari dan berlari. Cass merasa adrenalinnya terpacu sehingga tidak ada lelah sama sekali. Satu belokan lagi…. Cass menantikan penuh harap. Tepat di belokan yang dimaksud, sepeda pun mulai bergerak cepat hendak menabrak Emmet. Cass menahan senyumnya dan mengantisipasi adegan yang akan terjadi di hadapannya. Namun, langkahnya terhenti. Sepeda bergerak cepat tepat ke arah Emmet Shaw. Sayangnya, Emmet dengan lincah berhasil menghindar. Cass merasa kaget dan kesal. What? Apa yang terjadi? Emmet mengomel dan memperhatikan pesepeda tersebut sambil geleng geleng kepala. Sedangkan Cass masih melongo tak percaya. Ia lalu memperhatikan ke arah Deon yang ada di belakangnya. Cass menunjukkan gestur marah dan kesal. Deon bisa membaca kekesalan Cass dengan segera. Ia pun membuat rencana alternatif dengan menugaskan satu orang lainnya melakukan rencana mereka. Tapi karena posisi Emmet yang ada di trotoar, menyusahkan mereka untuk menabraknya. Sambil terus mengikuti Cass, Deon memikirkan rencana lainnya. Apa yang harus aku lakukan? Sampai akhirnya, ia memutuskan untuk membuat satu rencana di luar nalar. Deon meminta satu orang tim nya bergerak kencang seperti hendak menubruk ke arahnya. Ia pun mengayuh sepeda dengan cepat seakan akan menghindar dari pergerakan sepeda tersebut. Dengan keberanian yang muncul entah darimana, Deon mengarahkan sepedanya ke arah Emmet. Sekuat tenaga ia mengayuh sepedanya dengan target menabrak kaki Emmet. Sepeda pun naik ke trotoar dan sukses menabrak sekretaris dari Brielle Cirillo tersebut. Emmet tersungkur ke depan. Deon pun terjatuh tertimpa sepedanya sendiri. Cass dengan cepat menghampiri Emmet dan mengabaikan Deon. Saat melewati Deon yang terkapar di trotoar, Cass hanya mengacungkan jempolnya. Deon mencibir kesal. Ia terluka demi rencana seorang Rexton Orville dan si bos hanya tersenyum bahagia. Dua orang anggota tim membantunya agar bangkit dari trotoar. Mereka memapahnya dengan cepat agar tidak terlihat di tempat kejadian perkara. Deon dan tim mereka menghilang naik ke mobil Van yang menjemputnya. Cass dengan cepat menghampiri Emmet yang kesakitan memegangi kakinya. "Aku melihat kejadiannya. Orang yang menabrakmu menghilang," ucap Cass. "Apa yang kamu rasakan." "Kakiku. Ankle. Entah patah, entah keseleo," Emmet menahan rasa sakit. "Aku hubungi gawat darurat," Cass menghubungi Deon karena tidak tahu cara memanggil ambulan. Ia sedikit menjauh agar tidak terdengar oleh Emmet. Cass : "Hubungi ambulan." Deon : "Sudah." Deon : "Aku juga membutuhkannya. Kakiku sepertinya terkilir." Cass : "Ya, ya. Langsung ke rumah sakit saja." Deon : "Aku terluka dan responmu membuatku kesal." Deon : "Dengar, tidak hanya Brielle Cirillo yang membutuhkan sekretaris pengganti. Tapi kamu juga..." Cass hanya tertawa dan menutup ponselnya. Ia kembali menghampiri Emmet, "Ambulan segera datang." "Terima kasih," jawab Emmet. "Apa kamu bisa membantuku memberikan kesaksian mengenai pelaku yang menabrakku?" "Tentu saja," Cass mengangguk. "Tapi aku tidak terlalu jelas melihat si pelaku. "Tidak masalah. Ada cctv," Emmet menunjuk cctv yang ada di ujung jalan. Cass menelan air liurnya sendiri. Ia kemudian mengirimkan pesan pada Deon. Jangan sampai cctv itu menangkap wajah Deon. Cass : Ada cctv di jalan barusan. Urus semuanya. Hilangkan bukti. Deon : Ok. Tak lama, ambulan pun tiba dan membawa Emmet. Cass ikut naik ke dalam ambulan tersebut. "Apa bisa aku meminjam ponselmu?" tanya Emmet. "Aku harus menghubungi seseorang." Cass dengan ragu mengeluarkan ponselnya karena di tangannya adalah ponsel dengan nomor pribadinya dan hanya Deon yang tahu. Tapi akhirnya, Cass menyodorkan ponsel tersebut. "Aku tidak membawa ponsel karena hanya berniat lari pagi," terang Emmet. "Iya, kita tidak pernah tahu musibah akan terjadi kapan dan dimana," ucap Cass. "Betul sekali," Emmet dengan lancar memencet satu nomor yang diingatnya, lalu mengirimkan pesan. Emmet : Elle, ini aku. Emmet. Emmet : Hubungi aku di nomor ini. Sekarang juga. Tak lama, ponsel tersebut berbunyi. Elle : "Halo. Emm.. Ini serius kamu? Nomor siapa ini?" Emmet : "Iya. Aku mengalami kecelakaan. Ini nomor orang yang menolongku." Elle : "Kecelakaan apa? Kenapa?" Emmet : "Ada yang menabrakku dan dia kabur." Elle : "What?" Emmet : "Aku sedang menuju rumah sakit" Elle : "Rumah sakit mana?" Emmet : "Paling dekat sini ada Rumah Sakit Jakarta Medika." Elle : "Aku ke sana. Tolong nomor ini stand by." Telepon pun tertutup. Emmet lalu menyerahkan ponsel. tersebut pada Cass, "Ada seseorang akan mengunjungiku di rumah sakit. Apa kamu bisa menemaniku sampai dia datang? Sorry tapi dia mungkin akan menghubungiku lewat ponselmu. Jadi aku butuh ponselmu." "Tidak masalah," Cass mengangguk. Diam diam ia tersenyum senang. Apa Brielle Cirillo yang akan mengunjungi Emmet di rumah sakit? Diam diam, Cass tersenyum. Ambulan pun tiba di Rumah Sakit Jakarta Medika. Emmet dibawa ke Instalasi Gawat Darurat. Cass mengikutinya. Tak lama dokter memeriksanya. Cass mendengar kalau ada retak tulang sehingga membuat Emmet harus digips. Ia menahan senyumnya. Tiba tiba, ponselnya berbunyi. Ada telepon dari nomor yang tadi dihubungi Emmet. Ia pun menyerahkan ponselnya pada Emmet, "Sorry tapi sepertinya ini ada telepon dari orang yang kamu hubungi tadi." "Thanks," Emmet mengangkatnya. Mereka berbincang bincang. Tak lama, tirai bed yang menjadi tempat Emmet berbaring terbuka. Cass menoleh ke belakang dan melihat sosok Brielle Cirillo di hadapannya. Matanya terpaku tanpa berkedip. Begitupun juga Elle. Keduanya saling bertatapan. Hanya sepersekian detik, tapi tatapan itu menjadi awal dari segalanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD