AKTOR BERNAMA CASS

1653 Words
Pagi itu, seperti biasa Cass dijemput pengemudi dan bergerak ke kediaman Keluarga Cirillo. Brielle menyambutnya di pintu depan dengan senyum lebar. Cass lagi lagi terpesona. Pesona Brielle tidak ada matinya. Elle mengenakan rok pendek berwarna merah marun dengan kemeja berbahan sutra yang lembut dan jatuh dengan pas di tubuhnya. Beberapa kancing kemeja teratas tidak terkait rapi tapi dibiarkannya terbuka begitu saja. Sebagai laki laki, pemandangan itu tentu saja menggodanya. Ia bisa mengintip bagian d**a atasannya itu secara diam diam. Oh damn… Aku seperti lelaki mesumm saja. Tapi Elle berhasil membuatku bergairahh tidak jelas begini. Gaya dan gerak geriknya sungguh mengintimidasiku. Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri. Tidak ada lagi Rexton yang seperti singa jantan, sekarang ini aku berubah menjadi kucing. Kalau si Deon melihatku, bisa bisa dia tertawa terbahak bahak. Rexton Orville tidak lagi mengaum, beberapa hari ini dia hanya bisa mengeong. “Kita sarapan dan setelahnya langsung pergi,” ucap Elle menyadarkannya dari aneka imajinasi yang menggelitiknya. “Iya,” Cass mengangguk. Elle bergerak ke ruang makan. Di belakangnya, Cass mengikuti tanpa bersuara. “Apa kamu suka omelet?” tanya Elle sambil menoleh ke belakang. “Apa saja aku suka,” Cass tersenyum. “Makanan pedas juga kamu suka?” Elle berjalan mundur sambil melihat ke arahnya. Rambut indahnya ia kibaskan secara perlahan. Gestur yang menggemaskan. O M G… Sulit sekali mengelak dari perasaan ini. Bagaimana kalau aku jadi sungguh sungguh menyukai Brielle Cirillo? Cass mengepalkan tangannya dengan kuat. “Bagaimana?” Elle kembali bertanya. “Oh, makanan pedas? Boleh boleh saja. Aku tidak ada pantangan. Jadi makan apa saja,” Cass tak bisa mengatupkan mulutnya karena terus tersenyum dan tersenyum melihat tingkah Elle yang membuatnya ingin merangkul pinggangnya dan kemudian... Imajinasi liar tiba tiba saja muncul dalam pikirannya. Bayangan tubuh mereka saling melekat dan selanjutnya… Ahh… Cass menunduk dan mengusap usap rambutnya tanpa alasan. Ia gugup. Ini masih pagi Rexton. Apa pula dengan isi kepalamu? Ia kemudian duduk di kursi yang ada di sisi kiri Elle. “Aku semangat sekali,” Elle menatapnya. Cass tidak bisa berkata kata. Ada rasa bersalah karena telah membodohi Elle yang begitu semangat ingin mencari tahu mengenai Rexton Orville alias dirinya. “Aku sudah selesai,” Elle menatapnya. Cass mengangguk, “Aku juga.” Ia menghabiskan makanan tanpa selera. “Kita pergi sekarang ok?” Elle bangkit dari kursinya. Cass mengikuti gerak langkah Elle menuju halaman depan dan naik ke mobil yang sudah menanti mereka. Mobil pun bergerak menuju lokasi kediaman Keluarga Orville berada. “Kamu memang pernah ke rumah Roscoe Orville?” tanya Elle. Sering. Cass menjawab dalam hati. “Iya pernah,” Cass menjawab pendek. “Hubunganmu dengan Roscoe Orville cukup baik?” Elle semakin penasaran. “Sebetulnya bagian dari pekerjaan saja. Misal Bapak Roscoe tidak ke kantor, ya kita mengantarkan dokumen ke rumahnya,” Cass bercerita apa adanya, memang situasinya seperti itu. “Ohh…” Elle mengangguk angguk. “Semoga rencana kita berhasil dan rasa penasaranku terjawab sudah.” “Iya,” Cass hanya bisa menjawab pendek pendek. Akhirnya mereka tiba di area kediaman Keluarga Orville yang jauh dari keramaian. Ada satu blok tanah besar yang tertutup pepohonan. “Kita ikuti jalan yang ada di tengah pak,” ucap Cass mengarahkan pengemudi. Mobil pun bergerak secara perlahan, hingga tiba di hadapan bangunan besar dengan pagar tinggi yang begitu kokoh. Dari gerbang utama, tidak terlihat bangunan rumah yang ada di dalamnya. Sepanjang mata memandang, hanya ada hamparan rumput hijau dengan pohon pohon tinggi. “Parkir di sini saja,” ucap Cass mengarahkan. Elle memperhatikan gerbang rumah, “Apa kamu akan berjalan kaki?” “Pertama tama, aku akan bicara dulu pada sekuriti dan meminta izinnya. Setelahnya, baru kita lihat apa Rexton Orville ada atau tidak?” jelas Cass lagi. “Oh iya, apa alasanmu datang? Bagaimana kalau mereka tidak memperbolehkanmu masuk?” tanya Elle sambil bergerak condong ke arah Cass hingga beberapa helai rambutnya terjatuh di bahunya. Harumnya… Cass tidak mendengar jelas pertanyaannya karena terhipnotis aroma harum dari rambut Elle. “Bagaimana?” Elle mengulang pertanyaannya. “Oh euh…” Cass menggumam. “Alasanku untuk mengucapkan belasungkawa. Sejak meninggalnya Roscoe Orville aku belum sempat mengunjungi keluarganya.” “Alasanmu boleh juga,” Elle tersenyum. “Aku turun dulu,” Cass keluar dari mobil dan bergerak menuju gerbang utama. Petugas keamanan yang mengenalinya tentu saja membukakan gerbang. Namun mereka melakukannya tidak secara kentara menunjukkan tahu identitasnya. Semuanya sudah sesuai arahan dari Deon Cannavaro. Ada satu unit golf car menjemputnya dan mengantarkan sosok Cass masuk ke dalam rumah lebih jauh lagi. Cass pun masuk tanpa berbasa basi lagi karena sudah tidak terlihat dari pandangan Elle. Deon menyambutnya dengan senyum. “Ini dia aktor kita,” ia tergelak. “Diam…” Cass duduk di atas sofa sambil merenung. Ia merasa bersalah. “Apa rencanamu? Berapa menit akan berdiam diri di sini?” Deon duduk di sampingnya. Cass tidak menjawabnya. Ia hanya diam sambil memperhatikan situasi rumah. Apa yang bisa aku bawa untuk membuktikan keberadaan diriku sendiri yang sehat dan tampan ini? Aku tidak jelek dan tidak mengalami gangguan mental, Brielle. Setidaknya kunjunganku ke sini jangan sia sia. Elle juga tidak telalu kecewa meski aku tidak membawa foto Rexton Orville. “Apa yang kamu pikirkan?” tanya Deon. “Menurutmu, apa yang bisa membuktikan kalau aku tidak sakit dan tidak buruk rupa?” Cass menggumam. “Apa yang kamu bicarakan?” Deon bingung sendiri. “Jangan banyak bertanya, pokoknya sesuai apa yang aku ucapkan. Menurutmu, apa yang bisa membuktikan kalau aku tidak sakit dan tidak buruk rupa?” Cass mengulang pertanyaannya. “Foto? Video?” jawab Deon. “Tidak yang menunjukkan fisik atau suaraku,” Cass melotot ke arah Deon. “Piala? Atau penghargaan?” Deon memberi usul. “Bisa juga. Tapi bagaimana kalau mereka melacaknya dan bisa mengetahui wajahku. Tidak, tidak,” Cass menggeleng. “Bagaimana kalau kesaksianku saja? Kita bercakap cakap dan aku menjawabnya. Kamu bisa berpura pura merekamnya secara diam diam,” usul Deon. Cass tiba tiba tersenyum lebar. “Ok kita coba. Setidaknya kedatanganku ini tidak sia sia,” Cass membuka ponselnya dan mencari aplikasi untuk merekam suara. “Aku akan bicara dan kamu harus menjawabnya dengan baik. “Tidak ada rekaman ulang,” tegas Cass. “Sekali take dan sudah…” “Ya, ya…” Deon malas malasan. “Ok mulai,” Cass mulai menyalakan aplikasi rekam suara tersebut. Suasana sunyi selama beberapa saat. Cass : “Apa kabar?” Deon : “Baik.” Cass : “Saya datang untuk mengucapkan belasungkawa. Mohon maaf saya tidak bisa datang saat pemakaman.” Deon : “Tidak apa apa.” Cass : “Maaf, apa Tuan Rexton…? Saya ingin mengucapkan belasungkawa secara langsung.” Deon : “Tuan Orville sedang berada di New York. Mungkin kembali sekitar bulan depan.” Cass : “Apa kabarnya baik baik saja?” Deon : “Baik. Sehat. Tuan Orville sehat. Dia baik baik saja.” Cass : “Sayang sekali saya tidak bisa bertemu Tuan Rexton. Tapi, baiklah lain waktu saya kembali ke sini. Sekali lagi, turut berduka cita.” Deon : “Terima kasih.” Keduanya melangkah ke pintu depan. Cass : “Melihat foto Tuan Roscoe dan Nyonya Renata, saya baru menyadari kalau Tuan Rexton memiliki wajah yang merupakan perpaduan dari keduanya.” Cass lalu memukul pelan lengan Deon dan melotot. Hal itu menjadi tanda agar Deon memujinya. Deon memasang ekspresi malas malasan. Deon : “Iya. Setiap bersamanya, saya sering merasa kalau Tuan Roscoe dan Nyonya Renata ada di samping saya. Wajahnya begitu mirip.” Cass menunjukkan rasa tidak suka dengan jawaban Deon yang begitu standar. Tapi ia melangkah keluar. Cass : “Saya pamit dulu. Terima kasih.” Deon : “Iya sama sama.” Cass mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Deon mengerutkan keningnya karena salaman tidak akan terekam suaranya. Tapi Deon menurut dan menyalami Cass. Tiba tiba saja, satu genggaman kuat meremas tangannya. Ia memperhatikan kalau Cass melotot dengan kesal. Deon kemudian melepaskan tangannya dan mengibas ngibaskan tangan kanannya karena sakit. Cass lalu melenggang pergi menaiki golf car yang menunggunya. Deon menatap kepergiannya dengan perasaan dongkol. Si Cass makin ke sini makin menjengkelkan. Aku bisa pensiun dini kalau begini… >>> Cass tiba di gerbang depan dan turun dari golf car. Ia melihat kalau pintu belakang mobil terbuka. Elle mengarahkannya agar duduk di jok belakang. Ia pun masuk ke dalam kendaraan roda empat yang menantinya tersebut. Brielle tersenyum lebar menyambutnya, “Bagaimana?” Cass menarik nafas panjang. Oh, senyummu… “Maafkan aku,” Cass menoleh ke arah Brielle. “Aku tidak berhasil menemuinya karena ternyata, Rexton Orville sedang berada di New York.” “Ohh…” Elle langsung kecewa. “Tapi kalau kamu ingin tahu kondisi Rexton Orville, aku tadi merekam pembicaraan dengan Deon Cannavaro, sekretaris dari Rexton,” ucap Cass. Brielle masih menunjukkan ekspresi kecewa. Cass kembali membujuknya, “Maafkan aku.” Brielle menarik nafas panjang, “Kamu tidak salah. Bagaimana lagi? “Kita juga tidak tahu kalau dia sedang di luar negeri.” “Coba aku dengar rekamannya,” Brielle menggeser posisi duduknya hingga mendekati Cass. Lengan mereka saling menyentuh. Kali ini, Cass yang menarik nafas panjang. Kenapa aku rasanya ingin merangkulnya? Gila memang isi kepalaku akhir akhir ini… Ia mengeluarkan ponselnya dan memperdengarkan rekaman suaranya. “Dari percakapan ini, kamu bisa tahu kalau Rexton Orville baik baik saja. Selain itu, dia tidak buruk rupa,” gumam Cass. Elle menengadahkan kepalanya. Mata sendunya menatap Cass dengan memelas. “Tetap saja. Aku ingin melihat langsung. Rasa penasaran ini tidak terpuaskan hanya dengan rekaman suara,” Elle bicara perlahan. “Kita tunggu Rexton Orville kembali dari New York. Nanti aku kembali ke sini. Ok?” Cass lagi lagi mengucap janji yang tidak mungkin. Elle kemudian tersenyum dan mengangguk, “Baiklah. Aku hanya cukup bersabar beberapa waktu lagi.” Melihat ekspresi Elle yang menggemaskan, tanpa sadar Cass mengangkat tangannya dan membelai rambut Brielle Cirillo. Elle tersentak kaget. Begitupun juga Cass. Tapi, entah kenapa, Cassius Sachiel tidak bisa menarik kembali tangannya. Ia membeku dan membisu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD