BILANG TIDAK

1331 Words
Elle menatap Cass sambil mengatupkan bibirnya. Jari telunjuknya tiba tiba saja memutar mutar rambutnya yang menjuntai jatuh menutupi pipinya. “A… Aku hanya tidak suka,” Elle menggumam. Cass diam diam mengepalkan tangannya di balik tubuhnya. Ada desir desir yang menggetarkan dirinya dan tidak bisa ia tahan lagi ketika memperhatikan reaksi Elle. “Aku… Ehm, apa yang harus aku lakukan supaya kamu tidak lagi tidak suka?” Cass bicara perlahan. Elle menatapnya sambil melepaskan telunjuk yang memutar rambutnya, “Mmm… Abaikan mereka.” Cass tersenyum, “Tapi bagaimana aku bisa bekerja kalau mengabaikannya?” “Ah sudahlah,” Elle membalikkan tubuhnya sambil cemberut. Ia duduk di kursinya dengan mulut terkatup rapat. Cass mengerutkan keningnya sebagai tanda bingung. “Sorry, tapi… Apa kamu marah?” Cass bertanya tanya. Elle memutar kursinya hingga membelakangi Cass, “Bacakan saja resume berita hari ini.” Cass masih bertanya tanya, tapi ia membacakan resume berita yang sudah dikirimkan Emmet kepadanya. Tadi pagi, staf sekretaris masih mengirimkan resume tersebut pada Emmet, yang kemudian meneruskan kepadanya. “Aku…” Elle menggumam. “Ya?” tanya Cass. “Barusan kamu membacakan berita soal penemuan kosmetik dengan bahan berbahaya,” gumam Elle lagi. Cass terdiam menunggu kelanjutan ucapan Elle. Elle memutar kursinya hingga menghadap ke arah Cass. Ia melupakan kekesalan dan kecemburuannya. Elle pun kembali membuka mulutnya, “Akhir akhir ini, sering sekali ada temuan. Bahkan sebelumnya, kosmetik berbahaya itu menggunakan label Cirillo. “Sebelum Emmet terluka, aku sudah berencana untuk menyelidikinya. Tapi…” Elle berhenti bicara. Ia lalu menatap Cass, “Apa menurutmu Orville terlibat hal tersebut?” Cass membelalak, “Ma.. Maksudnya?” “Ehm,” ia berdehem untuk menenangkan dirinya. “Sorry, apa maksudmu dengan keterlibatan Orville dalam hal tersebut?” Elle bangkit dari kursinya dan berdiri sambil bersandar ke bagian depan mejanya. Kedua tangannya terlipat di dadanya. “Oknum pembuat kosmetik dengan bahan berbahaya terus bermunculan. Tapi, ada yang berani menggunakan label perusahaanku? Mereka telah menyebarkan produk palsu Cirillo Group Company. “Itu keberanian level tinggi. “Oknum tersebut tidak mungkin berani tanpa backing.” “Ehm,” Cass kembali berdehem. “Menurutku itu tidak mungkin.” “Sorry, tapi aku mengenal baik Roscoe Orville. Mereka tidak serendah itu melakukan yang kamu sangkakan,” Cass menggeleng. “Kamu mungkin mengenal baik Roscoe Orville tapi tidak dengan Rexton Orville. Lelaki itu bisa saja berbeda dengan ayahnya,” balas Elle lagi. Cass mengepalkan tangannya dengan kuat secara diam diam. “Tapi…” Cass hendak membela dirinya sendiri, hanya saja Elle memotongnya. “Aku masih memegang teguh pemikiranku kalau lelaki itu pengecut dan mungkin saja bisa bermain dengan cara cara licik,” Elle bersikukuh. “Ada kemungkinan pemikiranku ini berubah kalau dia memunculkan diri. “Kita lihat saja nanti.” Cass menatap Elle dengan gundah. Ia ingin bicara tapi… Sulit… Sulit, sungguh sulit. Posisiku tidak menguntungkan untuk membela diriku sendiri. “Aku… Mmm… Mau ke ruanganku dulu,” ucap Cass dengan bingung. Elle mengangguk, “Iya.” “Oh ya, ini,” Elle menunjuk dokumen dokumen di mejanya. “A.. Apa itu?” Tanya Cass. “Dokumen yang sudah selesai aku tandatangani,” jawab Elle. “Oh, ok,” Cass dengan sigap mengambil tumpukan dokumen tersebut. “Aku keluar dulu.” Elle mengangguk, “Iya.” Cass memperhatikan dari sudut matanya kalau Elle kembali duduk di kursi kerjanya dan membaca baca dokumen lain yang tersimpan di mejanya. Ahh… Aku bukan pengecut Brielle…. Cass pun melangkah keluar dari ruangan besar tersebut dan bergerak menuju ruangannya yang tertulis ‘EXECUTIVE SECRETARY : EMMET SHAW’. Ia masuk ke dalamnya. Ruangan yang rapi dengan tatanan serba teratur. Buku, map, dan berbagai dokumen lain tersusun di lemari di belakang meja kerjanya. Di seberang meja kerjanya, ada sofa set dan meja rapat yang cukup untuk sekitar sepuluh orang. Cass duduk di kursi sambil membuka buka beberapa map dari kulit yang berisi beberapa dokumen untuk ia review. Saat hendak mulai membacanya, terdengar suara ketukan. Tok, tok, tok… “Masuk,” ucapnya. Sosok Evelyn melangkah ke ruangannya. “Bapak,” Evelyn bicara perlahan. “Saya hanya mengantarkan dokumen tambahan untuk di review.” Ia meletakkan tumpukan map di atas mejanya. Cass hanya mengangguk. Evelyn terus menerus menatapnya hingga membuatnya risih. “Ada lagi?” tanya Cass. “Mmm… Oh euh, iya…” Evelyn dengan gugup menatap Cass. “Tadi saya menerima telepon dari staf sekretaris Bapak Chase Everett. Beliau meminta waktu untuk ketemu Ibu Brielle nanti malam.” Cass mengepalkan tangannya dan bicara dengan tegas, “Langsung saja jawab dan bilang TIDAK.” “Ti.. Tidak?” Evelyn langsung kaget. “Iya, apa kamu tidak mendengar kata kata saya?” Cass merasa geram sendiri. “Ba… Baik pak,” Evelyn pun bergegas keluar dari ruangan tersebut. Setelah Evelyn menghilang, ia bangkit dari kursinya sambil menggebrak meja. “Kenapa juga lelaki itu meminta ketemu Elle? Malam hari lagi… Gila apa?” Cass mengerutu. Ia melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya karena rasa kesal. “GILA… Lelaki aneh,” Cass lagi lagi berkata dengan penuh amarah. “Kenapa aneh?” sosok Brielle tiba tiba saja muncul di ruangannya. “Oh, sorry…” Cass merasa kaget karena kedatangan Elle yang tanpa pemberitahuan. “Lelaki aneh siapa? Gila kenapa?” Elle mengulang pertanyaannya. “Ah tidak,” Cass bingung mencari jawaban. “Kenapa kamu ke ruanganku?” Ia kemudian mengalihkan pembicaraan. “Laptopku bermasalah. Tadi aku menghubungi telepon di ruanganmu, tapi nadanya sibuk,” jelas Elle. Cass menoleh ke arah telepon di mejanya yang ternyata gagangnya tidak tersimpan sempurna, “Oh sorry, salah simpan.” Ia pun memperbaiki letak gagang tersebut. “Laptopmu kenapa?” Cass kembali bertanya. “Aku tidak tahu,” Elle menggeleng. “Kursornya tidak bisa aku gerakkan.” “Oh, coba aku lihat,” Cass merapikan dasinya dan bergerak menuju ruangan Elle. Elle duduk di kursinya dan menunjukkan permasalahan kursornya. Cass berdiri di sampingnya sambil memperhatikan jari jari ramping milik Brielle dengan cat kuku berwarna merah gelap terlihat begitu cantik di matanya. “Lihat, tidak bisa,” gumam Elle. Cass membungkukkan punggungnya dan memeriksa secara langsung. Tubuh mereka saling bersinggungan. Jantungnya tiba tiba berdebar tidak menentu seperti ada dentuman gendang yang begitu keras. Tenang Rexton, tenang… Ia melakukan restart laptop milik Elle. Detik detik yang membuatnya tegang. Baik Elle maupun Cass saling berdiam diri dan tidak bicara sepatah katapun. Cass kembali melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya. Elle menoleh ke arahnya dan membuka mulutnya, “Kenapa dengan dasimu?” “Se… Sepertinya salah pasang,” Cass asal bicara. Laptop milik Elle pun menyala. Saat Cass mencoba kursornya ternyata sudah kembali berfungsi. “Sudah bisa,” ucap Cass. “Terima kasih,” Elle tersenyum senang. “Aku kembali ke ruanganku lagi,” Cass ikut tersenyum. “Iya,” Elle mengangguk. Saat Cass hendak beranjak pergi, Elle kembali memanggilnya, “Eh tunggu.” “Kenapa?” Cass menoleh. “Da… Dasimu…” Elle berdiri dan melangkah menghampiri Cass. “A.. Apa mau aku coba perbaiki?” Cass membisu. Dag, dig, dug… Ia pun mengangguk. Elle berjalan mendekat. Secara perlahan ia mengangkat kerah kemeja Cass dan merapikan posisi dasinya. Jari jemarinya dengan ahli membuat lingkaran dasi milik Cass dan mengikatnya. Cass memperhatikan kulit wajah Elle yang mulus tanpa pori. Matanya yang sendu dan membulat begitu serius merapikan dasinya. “Matamu… Indah,” gumam Cass tanpa sadar. Elle berhenti, matanya menatap sekretarisnya itu dengan kaget. “Eh, so… Sorry,” Cass terdiam. “Maaf.” Elle hanya mengatupkan bibirnya. Ia kemudian menarik dasi milik Cass hingga terpasang dengan rapi dan menurunkan kerah kemejanya. “Su.. Sudah,” Elle menunduk dengan malu malu. “Te… Terima kasih,” Cass menelan air liurnya. “Sa.. Sama sama..” Elle membalikkan tubuhnya untuk kembali duduk di kursi kerjanya. “Aku kembali ke ruangan,” Cass dengan malu malu berpamitan. Saat berada di ambang pintu, Cass teringat soal Chase Everett. Ia memutuskan untuk menyampaikan mengenainya. “Mmm… Sorry, aku lupa sesuatu,” Cass menatap Elle. “Apa?” tanya Elle. “Chase Everett meminta ketemu nanti malam. Aku sudah bilang TIDAK,” tegas Cass.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD