Dia berjalan ke kamar tamu, meletakkan baju-baju yang Efrain packing secara asal di dalam koper itu dan meletakkan di dalam lemari kecil kamar tamu. Dia duduk di tepi ranjang dan mengusap perutnya, “Nak, maafin ibu ya, bapakmu memang sedang marah, tapi ibu tahu suatu saat nanti dia juga akan menyayangi kamu,” ucap Indira. Tak mau berlama-lama menangis, katanya tangisan ibu yang hamil akan menyiksa janin dalam perutnya, Indira pun keluar dari kamar dan menikmati makan malam sendiri. Dia kini makan tak hanya untuk dirinya melainkan untuk bayi dalam kandungannya juga. Indira tahu Efrain masih ada di dalam kamarnya, tidak keluar sama sekali. Indira membereskan meja makan, dia memilih untuk beristirahat karena besok dia harus ke kampus lebih pagi, ada seminar penting yang harus dia jalani. S