Dua Puluh Tujuh

1688 Words

Ibu Efrain langsung duduk di sofa ruang televisi, Indira membuatkannya teh hangat seperti yang diucapkan tadi ketika dia menanyakannya. “Efrain bohong kan tentang pekerjaan kamu sama keluarga ayahnya?” tanya ibu Efrain menatap tajam mata Indira. Indira hanya menunduk, Efrain memang mengatakan dia kerja di bank. “Ya sudah, lanjutkan saja kebohongannya.” “Maaf Bu, mas Rain hanya enggak mau aku malu,” cicit Indira. Wanita tua yang masih tampak cantik itu hanya menghela napas, lalu memegang cangkir teh hangat dan menyesap isinya. “Sekarang kegiatan kamu apa?” “Kuliah, Bu,” jawab Indira. “Kamu dan Rain merencanakan punya anak?” “Enggak Bu, Mas Rain ingin childfree.” Indira menatap wajah ibu mertuanya itu lalu kembali menunduk ketika mereka saling beradu tatap. Matanya benar-benar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD