1. Hantu Kebun Sekolah.

1267 Words
Aku pasti jatuh,  jika manismu terus menyerangku. Tapi aku tidak berani mengartikan ini Cinta,  sebab mungkin saja kau membawa derita bersamanya. Kita partner saja,  yang tak perlu ada rasa dan tak usah takut terluka. Sean   "Seann! Cepat bangun dan ke sekolah. Mau jadi apa negri ini kalau anak mudanya malas ke sekolah seperti dirimu?” Raina kadang sangat baik dan pengertian tapi jika sudah kesal,  dia akan mengomel sepanjang jalan kenangan. Membuat telingaku berdengung dan selalu terngiang-ngiang suaranya yang cempreng itu. Aku menutup seluruh kepalaku dengan bantal dan menarik selimut sampai menutupi seluruh badan. Hingga tiba-tiba semua benda di kamar ini terbang seperti kehilangan gravitasi. Selimut,  bantal bahkan kasur yang aku tiduri ikut melayang. Ini bisa gawat jika dilawan, hormon ibu hamil sepertinya mempengaruhi Raina menjadi menyebalkan. Aku kemudian duduk dan meringis memandangnya berdiri di dekat pintu dengan rambutnya yang menyala keunguan disertai kilatan merah di mata. "Iya,iya aku bangun.”  Padahal aku masih merindukannya, kasur Raina yang nyaman.  setelah semalaman menonton bola bersama ayah,  tapi si galak Raina sangat menyeramkan jika sudah marah.  Aku lebih baik menghindar daripada harus berurusan dengannya. Seluruh benda kembali ke tempatnya di sertai dengan tampang galaknya yang menatapku seolah ingin menerkam. "Sarapanmu ada di meja,  dan jangan coba-coba untuk mencari tempat lain Sean, aku akan tahu dimanapun kau berada.” Aku mengacak rambutku kesal. Kenapa dia jadi menyebalkan seperti itu sih? Padahal biasanya dia tidak keberatan aku menumpang tidur disini. Setelah mandi dan bersiap aku melesat dalam sekejap dan sudah ada di gerbang belakang sekolahku. Waktu sudah menunjukan pukul 7:30 itu artinya aku sudah terlambat 30 menit. Disana tampak pak kumis, sedang mondar-mandir dengan menepuk-nepuk tongkat hitam andalannya. Langkahku berhenti,  cari mati jika aku masuk dari sana. Aku berbelok menuju tembok besar di belakang sekolah. Ini adalah tembok di dekat kebun sekolah,  aku biasa masuk dari sini jika sudah terlambat. Tentu saja menggunakan kekuatanku. "Duk!! " Aku terjungkal menabrak seseorang yang kini telah tertindih di bawahku. Waktu seakan berhenti, bagaimana tidak? bibirku mendarat tepat di atas bibirnya. Bukan hanya itu, dadaku juga menekan benda kenyal miliknya dan Membuat sesuatu di balik celanaku menggeliat bangun. Dia tersadar dan hendak mendorongku dari atasnya,  tapi terlambat! Aku menahan tangannya dan mulai melumat bibirnya. Sudah terlanjur menempel,  jadi kenapa tidak dilanjutkan? Ini namanya rezeki, jadi tidak boleh ditolak. Aku terus mencecap,  rasanya sungguh menggairahkan. Perpaduan antara lembut dan manis.  Dia terengah dengan wajah merah padam.  Hampir saja dia berbicara ketika aku melepaskan tautan bibirku untuk memberinya oksigen,  tapi aku sudah melumatnya kembali sebelum dia sempat mengeluarkan kalimatnya. Derap langkah seseorang terasa semakin dekat. Kenapa harus ada yang datang saat sedang asik begini? Manusia memang kadang menyebalkan. Aku melepas ciuman kami, memaksanya berdiri dan membekapnya kemudian menghilang.  Pak Kumis tampak mondar-mandir di depan kami,  tapi tidak bisa melihat kami. Gadis itu menatapku dengan ketakutan yang sangat terlihat dimatanya. "Perasaan tadi denger suara disini,  tapi gak ada apa-apa ternyata." Pak kumis bergumam pada dirinya sendiri. Kemudian melangkah pergi masuk ke dalam sekolah. "Huh!  Hampir saja kita mati." Ucapku lega. Dia  menatapku tidak berkedip. Ku lepasan bekapan tanganku di mulutnya,  dia masih memeluk pinggangku tidak melepasnya. Membuatku tersenyum geli. Apa aku setampan itu? "Kau tidak ingin melepas pelukanmu di pinggangku?  Atau kau mau melanjutkan ciuman kita tadi? " Dia terlonjak kaget mendengar kalimatku.  Wajahnya semakin memerah. "Ti-tida-kk" Ucapnya terbata. Gadis yang anehnya terlihat manis itu, mundur beberapa langkah dariku dan hendak lari,  tapi aku terlebih dahulu mencekal lengannya. "Mau kemana huh?  Mau kabur dan memberi tahu semua orang siapa sebenarnya diriku?"Aku menaikan sebelah alisku sambil menatapnya tajam. Dia menunduk ketakutan dan gemetar di sekujur tubuhnya. "Si-si... Apa sebenarnya kamu?" Ucapnya terbata. Bibirnya bergetar, membuatku ingin melumatnya lagi. Tapi tidak sekarang,  aku harus membuatnya terikat denganku terlebih dahulu. Agar aku bisa melakukannya sesuka hati. "Kau tidak mengenalku? " Ucapku santai.  Siapa yang tidak mengenal diriku di sekolah ini?  Aku adalah salah satu yang tertampan disini. Semua gadis pasti mengenalku. "Ra-rambut Sean tidak berwarna putih. Kau pasti hantu penunggu kebun sekolah. Aku minta maaf sudah menangis disini dan membuatmu terganggu.  Aku sungguh minta maaf." Aku hampir saja menyemburkan tawaku mendengar ucapannya.  Memangnya ada hantu setampan aku? Kuraba rambutku yang terasa lebih halus dari biasanya.  Sepertinya kekesalanku pada Raina membuat mode Olimpusku keluar.  Sekarang pasti rambutku sudah berubah menjadi putih berkilauan. Tunggu!!  Jadi dia sedang menangis disini? Apa dia terlambat sekolah juga? Aku menatap wajahnya tapi tidak terlihat seperti anak nakal yang suka terlambat "Ya benar, aku terganggu dengan suara tangisanmu.”  Dia membuka matanya takut-takut. Melihatku dan terbelalak kaget melihat rambutku sudah kembali hitam. "Se-Sean!" Dia tergagap. Aku tersenyum ke arahnya. "Benar!!  Karena kau sudah melihat sesuatu yang seharusnya tidak kau lihat,  aku akan memberimu hukuman." Dia menggigit bibir bawahnya. Itu area favoritku,  berani sekali dia melakukannya. "Tolong ampuni aku Sean, aku tidak akan memberitahu siapapun aku janji." Dia mengacungkan kedua jarinya membentuk huruf v. Aku terkekeh. Apa jaminanya dia tidak memberitahu siapapun?  Tentu saja aku harus punya jaminan mulutnya tidak bocor kemana-mana. "Siapa namamu? " Tanyaku akhirnya. Dia mengerjap beberapa kali. "Sharena. " Aku tersenyum. Nama yang cantik. "Jadi, Sharenaku yang manis,  mulai sekarang kau adalah budak dan aku tuannya. Kau harus melakukan apapun yang aku suruh, jika kau membantah aku bisa saja membuatmu menghilang dari dunia ini." Tentu saja aku tidak akan melakukannya,  aku bisa digantung Niko jika sampai melukai manusia. Aku hanya ingin membuatnya takut saja. Dia menatapku takut sambil mengangguk pelan. "Baiklah,  sana kembali kekelasmu, jam istirahat nanti temui aku di kantin!  Jangan coba-coba kabur karena aku akan menemukanmu dimanapun." Dia berlari tunggang langgang ketika aku melepas cekalanku di tangannya. *** Kau membuat jantungku bereaksi seperti natrium yang bertemu tetes air. Tapi kau juga membuatku takut,  takut terjerat dan kemudian terpesona. Sharena   Apa yang terjadi barusan?  Aku sampai ke bangku milikku dengan nafas yang masih memburu.   Masih tidak mempercayai apa yang ku lihat dan kurasakan tadi. Untung saja hari ini jam pelajaran pertama kosong,  jadi aku bisa menerobos masuk kelas seenaknya. Jantungku masih berdentum keras. Benarkah itu Sean?  Si most wantednya sekolah ini? Aku mengusap wajahku frustasi.  Tidak!!  Tidak!!  Tidak!! Aku tidak boleh berurusan dengan orang seperti dia! Hidupku sudah kacau selama ini ditambah makhluk mesum yang entah apa itu?  Bisa makin berantakan semuanya. Ya Tuhan,  apa kesalahanku sebenarnya,  kenapa aku harus berurusan dengan makhluk itu? Sebenarnya dia makhluk apa? Hantu?  Demit?  Siluman?  Atau jangan-jangan dia makhluk luar angkasa? Tidak mungkin! Ku hembuskan nafas lelah sambil menelungkupkan wajahku di meja.  Sial sekali hidupku,  diantara semua masalah yang menjerat hidupku,  kenapa aku juga harus berurusan dengan makhluk aneh itu? "Brakk!” Aku berjengit kaget. "Ini tugas bu Natasya yang harus disetor ke ruang guru!” Seline menatapku dengan senyum miring penuh kebencian sambil menyibakan rambut hitam panjang miliknya dan melangkah pergi. "Tapi hari ini bukan aku yang dapat jadwal piket.” Ucapanku membuatnya berhenti dan berbalik menatapku diikuti oleh tatapan memojokan teman-temannya. "Kalau gue maunya lo yang ngumpulin gimana?" Dia memiringkan wajahnya dengan tatapan menusuk kearahku. Selalu seperti ini,  aku selalu saja diperlakukan seperti ini. Hanya karena aku melakukan kesalahan kecil pada anak paling cantik yang disukai oleh semua orang,  mereka selalu memperlakukan aku dengan tidak adil. Aku mungkin sedikit introvert,  tapi aku tidak pernah mengganggu siapapun. Sejak pertama kali masuk sekolah ini,  sebisa mungkin aku selalu menghindari berurusan dengan orang-orang berpengaruh di sini.  Aku selalu sendiri,  tidak berteman dan tidak mengganggu. Tapi ternyata kecerobohanmu membuat aku harus berurusan dengan Celine Arinta Gunawan. Gadis cantik yang kebetulan ayahnya pemilik yayasan sekolah kami. Mempunyai masalah dengannya sungguh membuatku menderita. Sekarang ditambah lagi aku harus terikat dengan mahluk aneh bernama Sean itu. Mungkin pulang sekolah nanti aku harus mandi kembang tujuh rupa agar kesialan menyingkir dari kehidupanku. ***        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD