CHAPTER 8

1034 Words
Skyla merasakan sesuatu berat menimpah tubuhnya, sebuah lengan melingkar di atas perutnya. Kilasan-kilasan kejadian tadi siang menari-nari dalam ingatan Skyla membuatnya menjadi malu untuk berhadapan dengan pria yang tengah berbaring di sampingnya. Bagaimana bisa dirinya membalas ciuman dari pria ini dan mendapatkan pelepasan hanya dengan jari-jarinya saja. Ingin rasanya Skyla menangis, ia merutuki dirinya sendiri karena dengan mudahnya terbuai. Kini ia tidak ada bedanya dengan jalang yang berada diluar sana. Skyla menyingkirkan tangan yang melingkar di perutnya dengan perlahan agar tidak membangunkan pria itu, ia harus pergi dari tempat ini. Skyla keluar dari sana dan menyadari bahwa penthouse ini berada di gedung yang sama dengan apartemennya. Langsung saja memasuki lift menekan nomor lantai dimana letak apartemennya berada. Sesampai di apartemennya, Skyla langsung berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya menghilangkan jejak dari pria itu. Selesai dengan kegiatan mandinya Skyla mengecek ponselnya, terdapat tiga puluh panggilan dari Lily, sepuluh pesan dari William dan lima belas panggilan dari Anna. Skyla menghubungi Lily terlebih dahulu, baru nada dering pertama panggilannya langsung terjawab, “Skyla! Astaga, kamu dimana? Aku mencarimu di restoran tidak menemukanmu, di apartemen juga tidak ada.” “Maafkan aku Lily, terjadi sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan. Bagaimana dengan pertemuan itu?” “Untunglah investor itu juga tidak bisa hadir dan menjadwalkan ulang pertemuan. Jika tidak, perusahaan kita akan mengalami kerugian besar.” “Kapan jadwal pertemuannya?” “Besok, kamu yakin baik-baik saja? Apa perlu aku kesana?” “Tidak perlu, aku baik-baik saja. Hanya butuh istirahat saja,” jawab Skyla yang sudah berbaring di ranjang. “Baiklah, besok jam sepuluh pertemuannya. Istirahatlah, good night,” ucap Lily setelah itu panggilan berakhir. Selanjutnya Skyla menghubungi Anna dan lainnya. **** Steven meraba di sampingnya, dingin. Membuka matanya menoleh ke samping tidak menemukan sosok wanita itu. Steven keluar dari kamarnya untuk mencari wanita tersebut malah mendapati maid datang menghampirinya. “Tuan mencari Nona Skyla?” Yang mendapat anggukan kepala Steven. “Dimana dia?” “Tadi saya melihat Nona Skyla keluar dari kamar Tuan dengan keadaan menangis.” Jawab Maid dengan kepala tertunduk takut tuannya memarahinya. Setelah mendengarnya, Steven jalan begitu saja meninggalkan maid itu menuju uang kerjanya. Melihat tuannya pergi, maid tersebut langsung menghela napas lega. Steven menghubungi Edgar. “Cari tentang wanita itu, kuberi waktu lima menit untuk mencarinya.” Setelah mengatakan apa yang ia mau, panggilannya langsung diputuskan  tanpa memberi kesempatan Edgar menjawabnya. Edgar yang mendengar perintah Bos nya terkejut sekaligus panik, ini sudah malam, waktunya ia beristirahat malah disuruh bekerja mencari informasi tentang seorang wanita. Wanita? Wanita mana yang dimaksud oleh Bos nya? Begitu banyak wanita yang pernah bersamanya. Edgar mengacak rambutnya kasar hingga berantakan, lekas ia segera bersiap-siap untuk mencari tahu tentang wanita yang dimaksud oleh Steven. Ya Tuhan … kapan hidupnya bisa tenang dan damai. Setelah lima menit menunggu, sebuah email masuk. Edgar selalu membuatnya puas dengan kinerjanya. Steven langsung membuka file tersebut dan membacanya. Skyla Rose berusia dua puluh tiga tahun, kebangsaan Indonesia, putri tunggal dari sepasanga suami istri Andrian Sheren dan Anisa Rose. Bekerja di Parker Company, single, memiliki sahabat yang tertera di bawah ini. Steven membaca nama para sahabat Skyla, rahangnya mengeras. “Kenapa rata-rata semuanya pria?” Saat membaca alamat tinggal Skyla di Amerika, alisnya mengerut. Tertulis gedung apartemen Upersite nomor 678 yang berarti satu gedung dengannya. Alis Steven mengerut. “Ada yang aneh?” **** Pertemuan dengan inevestor yang semalam gagal, kini sudah disepakati. Skyla dan Lily merayakannya dengan berbelanja di mall. Setiap store mereka masuki dan selalu keluar dengan membawa beberapa paper bags di tangan mereka. Steven yang sedang melakukan rapat mendapatkan bisikan dari Edgar bahwa Skyla sedang berada di mall miliknya. Steven yang mendengarnya tersenyum tipis membuat karyawan yang berada di ruang rapat terkejut. Ada yang mengucek matanya padahal tidak gatal untuk memastikan bahwa penglihatannya tidak salah. Steven meninggalkan rapat itu tanpa mengatakan sesuatu, sukses membuat semua yang berada disana mengangga. Pikiran mereka sudah dipenuhi pertanyaan. “Apa yang membuat bos mereka pergi meninggalkan rapat yang masih berjalan?” Karena semuanya pada tahu bahwa meninggalkan rapat yang sedang berlangsung adalah larangan keras dalam perusahaan. Tapi yang melanggar peraturan tersebut adalah Bos mereka sendiri, jadi siapa yang berani menegurnya. Steven mengeluarkan ponselnya, menelepon seseorang sambil berjalan menuju mobilnya. Siap memilih beberapa gaun, Skyla berjalan menuju kasir untuk membayarnya. Saat menyerahkan kartunya pegawai store tidak mengambilnya, langsung menyerahkan paper bags tersebut kepada Skyla. “Gaun tersebut sudah dibayar, Nona,” ujar pegawai tersebut membuat Skyla terkejut dan bingung. “Hha? Bagaimana bisa?” “Kita baru saja mendapat perintah dari atasan bahwa setiap pembelanjaan anda semuanya digratiskan.” Skyla yang mendengarnya terkejut bukan main begitu juga dengan Lily. Merasa ada yang tidak beres, Skyla lebih memilih tidak mengambil barang tersebut. “Aku tidak jadi membelinya,” ucap Skyla sambil mengembalikkan paper bags tersebut kepada mereka. “Nona ... semua ini sudah menjadi milikmu. Mohon Nona menerimanya.” Skyla menghiraukan perkataan pegawai tersebut dengan berjalan menuju pintu keluar. Sebelum dirinya menarik pintu itu, seorang pria terlebih dahulu mendorongnya. Skyla yang melihatnya langsung mengenalnya. “Kamu?” “Apa sudah siap belanjanya?” tanya pria itu yaitu Steven. “Ngapain kamu disini?” Bukannya menjawab malah melontarkan pertanyaan kepadanya. Lily terpana melihat pria yang berada di depannya begitu tampan. Baru pertama kali, dia mendapati pria yang begitu mempesona. Melihat Skyla yang mengenal pria tampan tersebut langsung berbisik di telinga wanita itu. “Kamu mengenalnya Sky?” “Tidak! Ayo pergi dari sini.” Menarik tangan Lily pergi dari sini saat melewati Steven tangannya ditahan. “Lepaskan aku,” bentak Skyla mencoba melepas tangannya dari genggaman Steven. Steven menyuruh pegawai store memberikan belanjaan Skyla kepadanya. Skyla yang melihatnya mengerti. “Jadi ini ulahmu? Aku tidak butuh pemberian darimu jadi lepaskan aku sekarang!”   Steven yang tidak tahan dengan sifat berontak Skyla langsung mengangkat tubuhnya seperti karung beras, pergi meninggalkan Lily yang berdiri dengan mulut terbuka lebar, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tersadar dirinya ditinggal, Lily langsung meraih belanjaannya lalu mengejar mereka.  “Turunkan aku! Dasar tidak tahu malu!” teriak Skyla memukul punggung Steven meminta untuk diturunkan, dirinya malu dilihat oleh para pengunjung mall  tapi tidak dengan Steven  yang tidak  mempedulikan sekitarnya. Pria itu terus berjalan sampai dimana mobilnya terpakir.    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD