“Kenapa lama sekali kalau mau berlibur. Ayo pulang, aku hampir gila karena kau pergi lama. Maafkan aku, Annisa. Aku salah, aku sudah membunuh banyak orang. Aku sudah banyak berbuat dosa. Aku akan mengabulkan semua keinginanmu. Aku harus bagaimana untuk menebus dosaku? Aku akan melakukan apa pun.” Darel menatap Annisa putus asa. Annisa yang tadinya diam saja kini tersenyum manis. Matanya menatap Darel teduh. “Selama seminggu ini, aku memikirkan banyak hal, Kak.” Mata Annisa menatap ke laut yang kini mulai terlihat menguning. “Dan satu yang kuputuskan.” Darel menahan napas karena ucapan Annisa. “Kak, aku beberapa hari lalu membaca cerita Asiyah istrinya Fir’aun. Kakak pasti tidak tahu kan bagaimana kisahnya?” Annisa kembali menatap ke arah Darel. Darel menggeleng