26

523 Words

Malam itu, Novan melangkah masuk ke apartemennya dengan langkah berat. Lampu ruang tamu menyala temaram, meninggalkan bayangan panjang di lantai marmer. Ia menaruh jasnya di sandaran sofa, lalu melepaskan dasinya dengan gerakan lambat. Napasnya dalam, lelah, tapi bukan karena pekerjaan. Karena rindu. Rasanya seperti ada yang hilang dari dadanya. Greta. Bayangan wajah wanita itu terus muncul di kepalanya, senyumnya, tatapan matanya yang tajam tapi manja, dan suara lembutnya yang memanggil namanya dengan penuh kelembutan. Novan memejamkan mata. Ia menyandarkan punggung di sofa, membiarkan pikirannya berkelana. Di antara hening malam, samar ia masih bisa membayangkan aroma tubuh Greta, aroma yang hangat dan khas, yang selalu menenangkannya setiap kali ia berada di dekatnya. Tangannya ter

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD