“M-Mas Radit?” Angel terdiam canggung. Suaranya nyaris tak terdengar, lebih seperti bisikan yang hampir tenggelam dalam hiruk pikuk tepuk tangan. Tatapannya beralih ke kanan dan ke kiri, mencoba menangkap reaksi orang-orang di sekitarnya. Tubuhnya terasa kaku, dan senyum yang biasanya mudah ia berikan kini sulit sekali muncul. Radit memperlakukannya begitu istimewa di depan semua orang, namun Angel hanya merasakan kehampaan. Pertunangan ini, hasil perjodohan Kakaknya, Andra, tak memberinya kebahagiaan yang tulus. Ada sesuatu yang terasa ganjil di hatinya, kekosongan yang menciptakan jarak tak terlihat. Momen yang seharusnya istimewa itu justru menjadi beban berat yang sulit ia pahami. Alex yang menyaksikan semua itu, merasakan badai yang jauh lebih dahsyat di dalam dirinya. “N-nggak! I