1. Slide Memori

377 Words
"Doorrrr...!" "Huaa...!" teriak Sofya kaget saat ada yang mengagetkannya dari belakang. "Ih... Astri, kamu ngagetin aja deh. Untung enggak jantungan kan aku. Kalau sampai jantung aku copot gimana? Bisa kamu tanggung jawab, hah?" omel Sofya sambil mengusap-usap dadanya yang masih kaget. Astri yang mendapat omelan hanya terkikik, dia melihat lucu ke arah Sofya yang tampaknya kesal tapi tidak bisa melampiaskan lebih jauh lagi. "Bibir kamu itu ya, kalau sudah nyerocos, persisi kayak burung beo. Enggak bisa berhenti." cibir Astri yang kemudian dia ikut duduk di samping Sofya. Bertahun-tahun menjalin pertemanan, membuat keduanya sudah sangat akrab. Tak jarang mereka ke mana-mana berdua. Seperti hari ini, mereka janjian untuk pergi ke toko buku bersama. Di hari minggu ini, Astri tidak pernah ada kegiatan apa-apa di rumah. Jadi dari pada hanya diam, gadis itu lebih memilih menemani Sofya. "Kamu sudah sarapan?" pertanyaan klise yang selalu Sofya tanyakan pada Astri setiap kali mereka bertemu di pagi hari. Entah saat di sekolah, atau tidak seperti sekarang. Sofya tahu betul, kalau mamanya Astri bekerja sebagai asisten rumah tangga yang selalu pergi pagi dan pulang malam. Jadi Astri tidak pernah menemukan masakan mamanya di pagi hari kecuali kalau memang mamanya cuti kerja, tapi itu sangat jarang terjadi. "Sudah, tadi aku makan mie instan." angguk Astri tidak berbohong. "Ish... Aku sudah bilang, jangan terlalu sering makan mie instan. Itu tidak baik buat kesehatan kamu." "Ya lagian mau bagaimana lagi? Cuma itu yang paling mudah dan cepat." Astri mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Angkutan umum sudah sampai, keduanya bergantian naik ke dalam angkot yang tidak terlalu padat. Hanya ada satu orang ibu-ibu yang akan pergi ke pasar di dalamnya. "Ya sudah, kalau begitu besok aku bawakan bekal buat kamu sarapan." Sofya mengedipkan keduanya matanya secara cepat ke arah Astri. "Enggak usah deh, nanti malah ngerepotin." "Enggak ada kata ngerepotin untuk yang namanya sahabat. Itu juga kan buat kesehatan kamu. Kalau kamu sehat, aku juga ikut senang." Wajah Astri dipenuhi senyuman, dia merasa beruntung memiliki teman seperti Sofya. Keduanya merasa bahwa mereka sudah saling melengkapi satu sama lain. "Semoga kita bisa jadi teman selamanya ya." Astri mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Sofya. "Cis... Iya." Tanpa menunggu lama lagi, Sofya langsung saja menautkan jari kelingkingnya di kelingking Astri. Wajah kedua gadis itu sama-sama dipenuhi senyuman manis. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD