Pagi ini aku menunggu kedatangan Abs. Ia biasanya datang membawakanku sarapan. Aku berusaha bersikap normal dan mengingkari semua bentuk perasaanku kepadanya. Aku hanya mau aku dan Abs menjadi saudara yang sesungguhnya karena itulah takdir kami. Aku mendengar bel pintu berbunyi. Abs kembali! Aku berlari cepat menuju pintu dan membukanya. “Mama.” Aku melihat Mama dan Papa sudah berdiri di depan pintu. Suatu kejutan yang menyenangkan. “Carissa! Mama kangen, Nak.” Mama langsung memelukku. Pelukan hangat Mama perlahan-lahan mengenyahkan keterkejutanku. “Rissa juga, Ma. Rissa kangen Mama dan Papa.” Mama melepas pelukannya sesaat kemudian dan menatapku lekat-lekat. “Kamu kenapa lari, Rissa?” “Rissa nggak mau ngerepotin Mama dan Papa,” balasku setengah terisak. Mama kembali memelukku penuh

