Dengan kaki yang masih bengkak, malam itu Dewa mengendarai motor maticnya menuju kos Putri. Dewa bersikeras ingi menemui Putri meski gadis itu sudah memaksanya untuk beristirahat. Dewa tidak akan tenang kalau belum bertemu Putri. Setelah memarkir motornya, Dewa mendekati Putri yang sengaja menunggunya di bangku samping pagar. "Kenapa di luar?" "Kenapa Kakak memaksa datang?" Dewa tersenyum mendengar pertanyaan -atau jawaban- Putri. "Aku harus memastikan kalau kau baik-baik saja." Dewa menjawab sekenanya. "Aku baik-baik saja, Kak. Aku bahkan sudah menelponmu sore tadi agar kau tidak ke sini." "Itu kan sore, Put. Sudah makan?" Dewa mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sudah. Bagaimana dengan kakimu?" Putri melihat kaki Dewa. "Bahkan bengkaknya belum sembuh benar." Putri jelas kesal. "