Bapak rektor yang dari tadi ditunggu-tunggu akhirnya datang juga dan acara penutupan pun segera dimulai. Sambil berbisik, Sari bertanya pada Putri, "Put, nanti kak Eka jadi mengajak kita makan-makan?"
"Entah, Sar. Kenapa?" tanya Putri.
"Kamu belum ketemu dia?" ganti Ria yang bertanya.
"Belum. Sudah lah nanti kita kirim pesan saja. Lagipula seumpama tidak jadi tidak apa-apa kan? Kita bisa berangkat sendiri," kata Putri sambil mengibaskan tangan.
"Ya bukan begitu juga, Put. Dia sudah berjanji. Dan janji harus ditepati dong," sahut Ria.
"Iya sih. Tapi kalau memang ternyata setelah acara penutupan ini kakak-kakak panitia semua sibuk, ya sudah kita berangkat cuma bertiga saja."
"Ya kamu kirim pesan sekarang saja agar dia tidak ikut acara panitia," kata Ria lagi.
"Kenapa aku merasa kalau sepertinya kamu ingin sekali makan dengan kak Eka, Ria?" tanya Sari.
"Ya itu sangat terlihat jelas," Putri menjawab pertanyaan Sari sambil menutup mulutnya menahan tawa. Acara penutupan masih berlangsung jadi Putri dan yang lainnya masih harus berbisik-bisik.
Ria memutar matanya dengan malas. "Put, tidak usah berfikir yang aneh-aneh. Aku cuma ingin ditraktir saja." Ria mencoba membela diri.
Meskipun dia memang sedikit tertarik dengan Eka, tapi dia cukup tahu diri. Jadi dia hanya akan menempatkan dirinya menjadi penggemar saja, tidak lebih.
"Iya aku percaya sama kamu," Putri berkata sambil terkikik menutup mulutnya.
Sari hanya bingung menatap Ria dan Putri bergantian tanpa bertanya apa pun meskipun di dalam hatinya dia penasaran dengan isi percakapan tadi.
Dari arah belakang, Eka dengan langkah tenang menghampiri Putri sambil membawa sebuah tas kresek putih berlogo mini market. Setelah berada di samping Putri, dia langsung menyerahkan kresek itu kepada Putri.
Putri dan teman-temannya langsung menoleh ke samping. Tampak Eka tersenyum. Dan harus Putri akui senyumnya sangat manis.
Dengan ragu Putri menerima kresek itu. Eka lalu menunduk dan berbisik, "Nanti pulangnya tunggu aku ya. Aku sudah berjanji mengajak kalian makan."
Eka berdehem sejenak menenangkan jantungnya yang sedikit bekerja lebih cepat karena mencium harum rambut Putri bercampur dengan aroma parfumnya. Setelah itu, dia cepat berbalik sebelum dia menjadi bertambah salah tingkah.
Putri kembali menoleh ke arah teman-temannya. "Well, sepertinya sebelum acara traktiran nanti sore, kita sudah ditraktir ini dulu," kata Putri sambil tersenyum. Alhamdulillah. Rizki mana boleh ditolak, pikir Putri.
Setelah semalam Roy memberinya camilan dan minuman isotonik, sekarang giliran Eka yang memberinya camilan. Mengingat itu membuatnya senyum Putri mengembang.
Putri tidak mau pusing memikirkan Roy dan Eka karena memang tidak ada apa-apa diantara mereka. Dan Putri memang masih belum mau menjalin hubungan dengan siapa pun.
Dibukanya tas kresek itu. Ada banyak camilan dan coklat di dalamnya dan..... s**u kotak coklat?
Untung saja Putri memang menyukai s**u coklat dengan kemasan berwarna hijau itu. Setelah Sari dan Ria mengambil apa yang mereka mau, sisa camilannya dimasukkan Putri ke dalam tas. Lumayan untuk stok di kos. Sepertinya dia harus berterima kasih nanti.
Dan acara penutupan pun selesai. Putri, Ria, dan Sari belum beranjak. Mereka sedang malas berdesakan dengan yang lain. Selain itu, mereka juga tidak mau menunggu Eka terlalu lama di parkiran.
Ternyata Eka mengajak ketiga gadis itu ke Supermall Pakuwon. Dan ternyata -lagi- Arifin dan Arin ikut juga bersama mereka. Dengan menaiki mobil Eka dan Arin, mereka berangkat bersama.
Sesampainya di mall, mereka berlima langsung menuju food court dan memesan makanan masing-masing. Arifin, Arin, Sari dan Ria sudah selesai lebih dulu memesan makanan. Mereka lalu mencari tempat duduk karena Putri dan Eka masih sibuk memesan makanan.
Eka terlihat membawa nampan berisi makanannya dan Putri. Dan karena bangku yang diduduki rombongan mereka sudah penuh, Eka terpaksa menggeret bangku di meja sebelahnya. Dia mempersilahkan Putri duduk terlebih dahulu lalu menggeret bangku yang lain untuknya sendiri.
Eka memesan dua nasi goreng seafood dan air mineral, minumnya terlihat ada dua es jeruk dan air mineral, ditambah satu piring waffle dan dimsum.
"Kamu suka nasi goreng?" tanya Eka.
"Lumayan, kak. Ini juga lagi pingin makan yang simple-simple. Jadi pesan nasi goreng aja. Kakak suka nasi goreng juga?" tanya Putri.
"Suka banget. Mamaku juara kalau bikin nasi goreng. Kadang-kadang kalau pulang setelah latihan taekwondo, aku minta dibikinkan nasi goreng sama mama."
Putri jadi teringat nasi goreng yang dibikin ibunya sendiri. Tiba-tiba dia merindukan ibunya. Tapi tidak apa karena besok hari Jumat, Putri berencana pulang.
Sebagai makanan penutup, Eka memesan sepiring waffle untuk berdua. Eka menyukai waffle, sebuah makanan manis dengan panggang dengan cetakan berbentuk kotak-kotak di atas dan bawahnya. Untuk toping, terkadang waffle diberi madu atau sirup. Ketika Eka mencoba menyuapi Putri waffle, dia menolak. Putri memilih memakannya sendiri. "Jangan, Kak. Tidak enak dilihat orang. Tempatnya mulai ramai", tolak Putri.
Eka yang mendengar itu pun tersenyum. Eka bodoh, pikirnya. Dia merutuki kebodohannya dengan bertindak gegabah seperti tadi. Agaknya sisa alarm cemburu pada Roy kemarin malam masih tersisa.
Food court itu terlihat mulai penuh. Banyak pengunjung berdatangan dengan memakai seragam kantor. Putri melihat jam tangannya. Sudah menunjukkan pukul 17.30 pantas saja mulai ramai.
Sebenarnya Putri tidak buta dengan segala perhatian-perhatian kecil Eka. Katakanlah dia percaya diri tapi dia mempunyai alasan untuk itu. Dan Putri akan berusaha menganggapnya hanya sebagai perhatian sebagai teman atau kakak, tidak lebih. Bisa saja memang Eka hanya ingin berteman dengannya, bukan? Jadi untuk sementara, Putri hanya akan mengikuti arus.
Lalu Roy? Diakui Putri, Roy lebih menarik. Tapi mengingat senior perempuan yang menarik tangan Roy kemarin, dia jadi ragu. Putri tidak mau menjadi benalu atau perusak. Dia tidak mau dipusingkan dengan hal-hal seperti itu. Baginya, selama tidak dalam konteks akan menikah, dia tidak mau merasakan sakit hati karena pria. Karena yang menikah saja bisa bercerai, apalagi yang hanya berpacaran. No! Big no!! Jadi dia akan memilih yang dia tertarik and definitely available (jelas masih sendiri). Bukan yang punya orang atau yang mantannya tidak bisa move on.
"Ka, kita sholat dulu ya", kata Arifin.
Seketika lamunan Putri buyar. Akhirnya mereka berlima berjalan menuju musholla untuk sholat maghrib. Dalam perjalanan menuju musholla, Arin mendekati Putri.
"Hai, aku Arin. Kita belum berkenalan secara resmi." Arin berkata sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.
"Hai, kak. Aku Putri."
"Kamu yang menang kliping kemarin kan?"
"Iya, kak."
"Milik kamu kemarin bagus. Aku yang merekomendasikan punyamu ke ketua BEM dan ketua panitia."
"Beneran? Terima kasih, kak." Putri tersenyum lebar. Dia merasa Arin adalah orang yang baik.
"Kamu juga harusnya bilang terima kasih juga sama Eka, Put," sambung Arifin yang tiba-tiba berjalan di samping Arin.
"Kok bisa? Kenapa?" tanya Arin bingung.
"Ya kan yang bantu Putri bikin kliping itu Eka."
"Hah? Serius, Put?"
"Iya, kak", jawab Putri sambil tersenyum kikuk.
"Malamnya kak Eka datang ke kos. Katanya sih mau bantu bikin. Jadi ya, gitu deh. Hehe."
Arin manggut-manggut mendengar penjelasan Putri. Dia kemudian tersenyum dalam hati, bersyukur karena teman sekaligus tetangganya itu memang mendekati Putri.
'Akhirnya hatinya perlahan sembuh' batin Arin.
--
Mohon sedekah love, vote, dan berikan komentar positif ya. Terima kasih...