Kak, aku udah shareloc ya.
Tulis Putri di aplikasi chatting warna hijau.
Oke. Sebentar lagi aku meluncur.
Jawab Eka.
Siang tadi Eka mengatakan kalau dia akan datang ke kos Putri untuk membantu mengerjakan klipingnya. Entah apa yang berada di pikiran Eka sehingga dia malah menawarkan bantuan.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 18.25. Di kamar kos lantai satu itu, Putri sudah siap dengan segala alat pembuatan klipingnya. Pulang dari kampus siang tadi, dia sempat membeli beberapa peralatan yang sudah di-list di dalam kepala cantiknya. Dengan ditemani Ria dan Sari, mereka bertiga berburu untuk mengerjakan tugas besok.
Dengan piyama panjangnya, Putri sudah duduk manis sambil menggunting berita yang sekiranya cocok dengan tema besok.
Ada beberapa berita yang sudah diguntingnya. Ada tentang acara adat di suatu daerah, ada juga tentang kemiskinan, tentang kuliner khas, dsb. Kini dia menggunting tentang pergeseran budaya akibat teknologi.
"Posisi Seks yang Cocok sesuai Zodiak" sebuah judul artikel menarik perhatian Putri. Tiba-tiba Putri kehilangan semangat untuk mencari tugas artikel yang lain. Semangatnya tercurah untuk membaca artikel itu. d**a Putri berdegup kencang. "Apa iya kalau posisi di bawah lebih mudah hamil? Eh, ini ada yang kakinya diangkat. Capek tidak ya? Ini juga dua-duanya ditaruh di pundak suami. Tapi kalau kedua kaki ditaruh mungkin tidak secapek kalau diangkat satu kaki. Tapi apa nanti tidak kram kaki?" Putri terus saja membaca dan begumam sendiri. Untung saja dia sedang menunggu Eka di kamar. Seandainya di teras depan, mungkin dia akan langsung masuk kamar terlebih dulu.
Drrtt drrtt
Ponsel Putri bergetar. Diraihnya ponsel itu dan dibaca pesan yang baru masuk. Ternyata itu pesan dari Eka yang memberitahu kalau dia sudah di depan kost.
Putri langsung menaruh majalah yang tadi dibacanya, merapikan rambut, menormalkan jantungnya sebentar dan dia siap untuk kelua kamar. Putri tidak membutuhkan waktu lama untuk membuka pagar karena memang kamarnya berada di depan, kamar nomer satu.
Eka mengamati keadaan kos Putri. Cukup besar, pikirnya."Kosmu lumayan gede ya, Put," kata Eka mengomentari tempat kos Putri.
"Iya, kak. Lumayan lah. Yang penting tetap dapat privacy dan ibu kos juga di sebelah. Jadi Insya Allah aman karena masih ada yang memantau," terang Putri.
"Ini ada martabak buat kamu, Put. Siapa tahu setelah mengerjakan tugas perutmu jadi lapar," Eka berkata sambil menyerahkan sekotak martabak dan beruntunhnya Putri martabaknya masih hangat lagi. Putri suka sekali. Dia mengambil kotak martabak dengan antusias dan terus tersenyum.
"Kamu beneran cantik kalau tersenyum gitu," lanjut Eka sambil mengagumi kecantikan Putri.
Putri langsung salah tingkah. 'Duh, ini bibir kenapa pake senyum-senyum gak jelas gini sih. Bikin malu aja. Kan aku takut ketahuan kalau aku memang aslinya suka banget sama martabak telur gini,' batin Putri.
"Eh, makasih ya kak, martabaknya. Kita duduk di teras depan aja ya kak. Tugasku udah aku taruh di depan semua," kata Putri sambil mencoba mengendalikan senyumnya.
Putri langsung mengarahkan Eka ke teras depan. Eka melihat-melihat hasil guntingan Putri sedangkan Putri meletakkan martabaknya tadi di piring. Tidak lupa Putri juga menyiapkan tisu dan dua kotak teh.
Sambil berbincang-bincang, mereka berdua melanjutkan apa yang sudah Putri kerjakan. Eka bertugas mengelem hasil guntingan Putri dan Putri melanjutkan menggunting berita-berita yan cocok.
Di dalam hati kecilnya, Eka sangat bersorak. Bagaimana tidak? Dia berhasil datang ke tempat kos Putri. Dia bisa melihat keindahan wajah Putri meski hanya memakai baju rumahan tanpa make up sama sekali. Rambutnya hanya diikat asal dan samar harum parfum Putri benar-benar menggelitik penciuman Eka.
Dengan rapi, Eka menata hasil guntingan di kertas putih polos itu. Putri sibuk menulis nama dan menghias klipingnya agar terlihat menarik.
Malam itu, Eka tahu kalau Putri bukan asli Surabaya. Ia juga sedikit tahu tentang keluarga Putri, makanan dan minuman kesukaan Putri, hobi dan kesenangan Putri. Putri juga akhirnya tahu kalau Eka adalah mahasiswa ekonomi semester lima. Eka suka sekali dengan olah raga, khususnya bela diri taekwondo. Dan dia ketua UKM taekwondo di kampus itu. Sepertinya Eka cukup terkenal di kampus.
Selama mengerjakan tugas, Eka selalu berkata manis. Terkadang dia juga berinisiatif untuk menyuapi Putri dengan martabak meski selalu ditolak oleh Putri. Eka juga dengan hati-hati mengerjakan kliping agar terlihat rapi. Dia benar-benar menunjukkan kalau dia tidak ingin Putri kecewa dengan hasil klipingnya.
Eka merasa konyol dengan sikapnya ini. Bagaimana bisa dia menempelkan berita untuk kliping seorang gadis? Tapi dia tidak menyesalinya dan tersenyum dalam hati. Sepertinya Arifin dan Arin, sahabat Eka, akan mengoloknya jika mengetahui apa yang dilakukan Eka malam ini.
Esoknya, Putri sudah siap dengan kliping di tasnya. Dengan langkah ringan, Putri keluar kamar dan melangkah menuju kampus. Ria telihat memasuki aula dengan senyum lebarnya. "Bagaimana tugasnya, Put? Sudah siap?" tanya Ria.
"Sudah dong. Nih punyaku. Bagus kan?" Putri dengan bangga memamerkan hasil klipingnya.
"Kok bagus banget? Colorful. Keren. Coba lihat punyaku. Tidak cantik sama sekali. Kalah jauh dibanding punyamu. Padahal aku semalam sudah percaya diri lho. Tapi tetap saja kalah sama kamu." Ria memberengut, sedikit kecewa dengan miliknya.
"Sebenarnya punyamu juga bagus kok, Ria. Cuma kurang permainan warna aja. After all, punyamu sudah sesuai standar panitia. Jadi masih aman lah. Yang penting tidak sampai kena hukuman", Putri mencoba memuji hasil kerja Ria.
Bagaimana pun, punya Ria memang sudah baik. Memang hanya kurang di aksesoris saja. Hanya terlihat potongan berita, keterangan, dan nama. Itu pun dengan tinta hitam. Maklumlah kliping ini harus ditulis tangan. Dilarang mencetaknya. Sedang punya Putri meski dengan komposisi yang sama, tapi Putri memakai tinta berwarna. Dia juga mengkombinasikan warna-warna yang dipakai. Ada juga beberapa foto tambahan untuk berita yang dipakai.
Sebenarnya tambahan foto itu ide dari Eka. Sedangkan pilihan warna untuk tulisan adalah ide Putri. Dan hasilnya, Putri sangat puas. Sepertinya dia harus berterima kasih pada Eka atas bantuannya.
Acara hari ini diisi dengan pengumpulan tugas, satu kali materi, istirahat, dan pengenalan UKM kampus. Seluruh maba menyerahkan tugasnya pada kakak pendamping masing-masing. Arifin bertugas mengambil kliping kelompok Ahmad Yani.
Ketika mengambil punya Putri, dia berkata, "Eka sedang tidak ada di aula. Sepertinya dia sedang bersiap untuk pengenalan UKM nanti siang."
Putri jelas terkejut. "Eh? Apa? Kenapa kakak bicara begitu?" tanya Putri bingung. Memang dari tadi dia tidak melihat Eka tapi dia tidak mencarinya. Putri sibuk bergosip dengan Ria tadi.
"Ya, siapa tahu kamu lagi cari dia. Bukankah semalam kamu mengerjakan kliping ini bersamanya?" tanya Arifin.
"Wah, kak Arifin tahu? Apa kak Eka yang memberitahumu, kak?" Ria yang mendengar percakapan Arifin-Putri tiba-tiba menyeletuk.
"Iya. Eka yang ngasih tau tadi. Dia titipin kamu ke aku, Put. Dia juga ingin aku memberi tahumu kalau dia akan sibuk mempersiapkan pengenalan UKM nanti. Makanya dia tidak bisa menemanimu di aula," kata Arifin.
"Emangnya barang, kak? Kok dititipin segala. Lagi pula acaranya sebentar lagi cuma materi. Tidak akan kenapa-kenapa juga. Santai saja," Putri mencoba menepis pemikiran Arifin tentang kedekatannya dengan Eka.
"Ya terserah kamu saja. Aku cuma menyampaikan pesan si Eka saja. Ya sudah, aku mau menyerahkan ini ke depan dulu ya," pamit Arifin.
Segera setelah Arifin berlalu, Ria menggeser tubuhnya mendekati Putri. Dia penasaran tentang hubungan dan perasaan Putri pada Eka.
"Put, kamu benar tidak sedang pendekatan dengan Kak Eka?" Ria bertanya penuh minat.
"Ya nggaklah, Ria. Bukannya kemarin aku sudah bilang ke kamu kalau aku ridak tertarik dengan kak Eka?" terang Putri.
"Kok sepertinya Kak Eka punya sedikit harapan sama kamu ya", Ria bertanya sambil menerawang ke atas dan menunjuk-nunjuk pipinya.
Putri yang gemas dengan tingkah Ria lalu menjawil hijabnya dan tertawa. "Itu cuma perasaan kamu saja," kata Putri.
"Put, kamu kok begitu sih? Nanti hijab aku rusak lagi," kata Ria tidak terima. Dia takut hijabnya jadi tidak rapi lagi.
Putri tetawa. "Hahaha, habisnya ekspresi kamu lucu banget waktu mikir kayak tadi. Kenapa bukan kamu saja yang pendekatan sama kak Eka?"
"Gak mau!" tukas Ria cepat.
"Kenapa? Bukannya kamu suka sama kak Eka?"
"Iya sih. Memang kak Eka cakep. Tapi kan keliatan banget kalo kak Eka memang lagi ingin dekat sama kamu. Daripada aku dicuekin, ya mending aku mundur saja. Hehe."
"Aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo", Ria menyanyikan lagu jawa yang lumayan terkenal itu sambil mentowel lengan Putri.
"Haduh, Ria. Please don't be joking (tolong jangan bercanda)." kata Putri sambil mengibaskan tangannya.
Tidak lama kemudian pemberian materi dimulai. Tema kali ini mengenai peranan mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Cukup menarik. Banyak mahasiswa baru yang terlihat antusias dengan tema ini. Apalagi dosen pematerinya tergolong masih muda dibanding yang kemarin. Katanya sih karena hari ini ada pengenalan UKM kampus, maka materinya juga dibuat tema mahasiswa, biar sinkron.
Ada pembahasan tentang peristiwa Mei '98. Ada juga berita tentang mahasiswa berprestasi tingkat nasional dan internasional.
Setelah dua jam materi, saatnya pengumuman hasil kliping terbaik, terfavorit, terkeren dan terburuk. Masing-masing nominasi diambil dua kliping dari pihak peserta perempuan dan laki-laki. Untuk nominasi terburuk akan mendapat hadiah istimewa dari panitia. Entah hadiah apa yang akan diberikan.
"Tadi aku lihat ada kliping yang keren banget, Put. Dia pakai kualitas kertas yang super. Gambar beritanya juga jelas. Ditata bagus banget kayak majalah gitu. Ada juga yang hanya memakai tinta hitam tapi tulisannya bagus banget kayak MS Romance. Pake muter-muter kayak kartu undangan. Bagus banget pokoknya. Aku sih tidak berharap menang. Asalkan tidak dihukum, aku sudah bersyukur," kata Ria.
"Iya, Ria. Aku juga sama. Yang penting tidak dihukum saja sudah Alhamdulillah", sahut Putri.
Terdengar suara kakak pembina meminta perhatian.
"Dan sekarang untuk pemenang kliping kategori terbaik adalah Andi Ferdiansyah dari kelompok Cut Meutia dan Zahra Dina Yani dari kelompok Pangeran Diponegoro. Silahkan maju dan naik ke panggung."
"Untuk kategori terfavorit adalah Brilian Kusumo dari kelompok Ki Hajar Dewantoro dan Putriana Devi dari kelompok Ahmad Yani. Silahkan maju dan naik ke panggung."
"Aahh, Putri kamu menang!! Selamat ya. Jangan lupa hadiahnya dibagi sama aku. Oke?" Ria menjerit dengan senang mendengar temannya mendapatkan nominasi kliping terfavorit.
Putri tampak terkejut. Dia sama sekali tidak mengharapkan menang. Karena memang dari ratusan kliping, dia tahu ada beberapa yang menurutnya bagus. Tapi she won. Jadi dia maju dan naik ke panggung. Sedikit bersalaman dan basa basi dengan Brilian yang juga memenangkan kategori yang sama.
"Selanjutnya kategori kliping terkeren diraih oleh Ahmad Hasibuan dari kelompok Pattimura dan Della Rahayu dari kelompok Imam Bonjol. Silahkan maju dan naik ke panggung."
"Dan yang terakhir kliping terburuk diraih oleh Faris Kuncoro dari kelompok Pangeran Diponegoro dan Alena Gendhis dari kelompok Imam Hasanuddin. Silahkan maju dan naik ke panggung."
Putri tersenyum di atas panggung. Dia melihat depan dan mencari keberadaan Ria dan Sari diantara para maba. Dan saat dia menoleh ke kiri, matanya melihat Eka tersenyum manis padanya sambil melambaikan tangan. Putri pun membalas senyum itu dengan tidak kalah manis lalu berucap terima kasih tanpa suara pada Eka.
-------------------------
Mohon sedekah like, love, vote, komen ya. Terima kasih.....