bc

Secrets

book_age18+
94
FOLLOW
1K
READ
dark
friends to lovers
pregnant
playboy
goodgirl
boss
maid
drama
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

"Gugurkan kandungan itu!! Atau aku akan … "

"Atau apa!! Kamu ingin pergi meninggalkan aku dengan bayi ini!!" mata wanita itu berkaca-kaca mendengar hal itu. Pria di depannya juga hanya menunjukkan wajah datarnya seolah apa yang diku pernah dia katakan hanyalah ucapan semata yang tak akan pernah menjadi kenyataan.

Pria itu mendesah. Dia pun mengambil koper hitamnya dan memilih pergi. Dia sudah memperingati, dan jika wanita itu masih keras kepala, jangan salahkan pria itu jika dia akan pergi meninggalkan wanita itu.

Xena Dramaris Graciella yang ada berada di sana pun hanya mampu menundukkan kepalanya. Tidak ada yang bisa diperbuat selain pasrah. Mulutnya seolah terkunci dengan apa yang dia dengar, dan kali ini Xena adalah saksi bisu atas ucapan pria itu.

Bagaimana nasib bayi itu, apakah dia tega membunuhnya atau tidak?

chap-preview
Free preview
Secrets-01
"Gimana kalau aku bilang Xena will you marry me?" kata salah satu pria di antara keenam pria lainnya. Xena yang mendengar hal itu langsung tertawa. Ini cukup lucu untuk wanita yang bernama Xena. "Aku serius, Xena." katanya kembali penuh penekanan. "Okee. Terima kasih kalau udah serius. Tapi sungguh, ucapanmu itu sungguh menggelikan." Pria itu memutar bola matanya malas. "Terserah. Yang penting aku sudah bilang." Tidak mau mendengar hal lebih, wanita itu merubah posisi duduknya memunggungi pria itu dah memainkan ponselnya. Menonton banyak video lucu dan juga beberapa video lainnya yang membuat wanita itu tersenyum kecil. Sehingga pria itu menarik tubuh wanita itu dan memeluknya dari arah belakang. Tangannya mengusap perut datar wanita itu, hingga membuat beberapa pria lainnya iri. "Aku ingin memiliki malaikat kecil dari sini." katanya kembali. Xena menepis tangan itu. "Kalau mau malaikat kecil harus apa?" ini bukan sebuah jawaban tapi sebuah pertanyaan balik dari wanita itu untuk pria yang sudah menjalin hubungan selama empat tahun terakhir ini. "Harus … ," pria itu menghentikan ucapannya. Mengerutkan keningnya dan menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya dengan heran. "Kayaknya tanpa menikah, tapi punya bayi juga nggak masalah." lanjutnya. Kalau saja hubungan semuanya seperti itu, akan ada banyak wanita yang rugi dengan semua ini. Semua wanita ingin kepastian, apalagi hubungan mereka juga sudah cukup jauh. Hubungan mereka sudah tidak sehat lagi, dan wanita itu takut jika apa yang dia pikirkan akan terjadi. "Sepertinya aku pengen minum kopi. Ada yang nitip?" kata wanita itu mengalihkan pembicaraan. Selain tidak ingin membahas hal ini, wanita itu juga malu dengan banyak teman kekasihnya yang menatap mereka dengan gelengan kepala. Ucapan pria itu seolah menandakan jika mereka sudah pernah melakukan hal layaknya suami istri. Meskipun sudah pernah, tapi kan tidak perlu harus di publish seperti ini kan? Maksudnya .. Biarkan mereka berdua saja yang tahu, selebihnya tidak. "Kalau ada yang pesan kopi atau apapun chat aku. Aku akan pergi dengan Xena." kata pria itu menarik tangan Xena. Wanita itu tersentak ketika ada sebuah tangan menyentuh bahunya. Dia pun menatap satu wanita yang sangat cantik berdiri di sampingnya dengan wajahnya bingungnya. "Mbak Xena kenapa melamun?" tanya wanita itu bingung. "Maaf Non … " hanya kata itu yang keluar dari bibir Xena. "Mikirin apa sih Mbak? Mantan pacar ya?" godanya sambil menyenggol bahu Xena. Xena tertawa kecil, "Nggak kok Non. Ngapain mantan diingat-ingat? Ayo Non masuk, katanya mau kopi." Wanita itu mengangguk, dia pun menarik tangan Xena untuk masuk ke kedai kopi. Memesan dua kopi untuk dirinya dan juga Xena. Disini, banyak sekali yang wanita itu katakan. Dari sekolahnya yang di luar negeri, pulang ke rumah sampai lulus kuliah pun wanita itu ceritakan pada Xena. Meskipun Xena tahu jika wanita itu sering pulang enam bulan sekali untuk mengunjungi kedua orang tuanya. "Untung aja kelulusannya bisa di majuin. Kalau nggak, mungkin tahun depan baru bisa balik." katanya. "Demi masa depan Non juga kan? Nggak boleh mengeluh harus semangat Non." Dan nyatanya wanita itu tidak suka seperti ini. Bisnis bukanlah fashion wanita itu, dia lebih tertarik untuk menjadi fashion desainer. Dan yang jelas ibunya itu menolak keras anaknya menjadi penjahit. Padahal kan kalau dipikir kedua orang tuanya punya nama yang cemerlang di dunia bisnis. Jika dia menggunakan nama kedua orang tuanya untuk menjadi desainer terkenal itu cukup mudah. Tapi apa yang terjadi? Ibunya menentang dan ingin wanita itu terjun ke dunia bisnis seperti ayah dan juga kakaknya. "Males lihat grafik. Enak gambar bikin baju udah selesai." ucap wanita itu. Xena tertawa kecil. "Yang sabar Non. Ini yang terbaik untuk Non." Ucapan mereka terpotong ketika salah satu pelayanan kedai kopi ini datang dan membawakan dua cangkir kopi yang masih masih mengepul. Tak lupa juga empat donat dengan rasa yang berbeda, yang dipesan oleh wanita itu. Sejujurnya ini adalah hal yang sangat dibenci oleh Stefany. Ibunya meminta Stefany untuk datang ke kantor dan melihat kinerja karyawan kantornya. Tapi yang ada Stefany malah beralasan, jika dia mau pergi ke kantor jika bersama dengan Xena. Tentu saja mau tidak mau Xena pun ikut bersama dengan Stefany ke kantor. Sayangnya, wanita itu tidak membawa Xena pergi ke kantor melainkan ke kedai kopi dan keliling kota sejak tiga jam yang lalu. Dengan alasan jika Stefany sama sekali tidak mau berada di kantor, duduk di belakang komputer dan juga tumpukan dokumen yang mampu membuat kepala Xena pecah. Padahal posisi Stefany adalah posisi yang diinginkan banyak orang. "Oh ya Mbak Xen, katanya ya, abang besok balik ke indonesia." Xena terbatuk, dia pun menatap Stefany dengan tatapan terkejut nya. "Apa Non?" "Abang besok datang, sama calon tunangannya katanya. Penasaran sama pacaran abang yang gak pernah bener." Xena tersenyum kecil dan kembali menikmati secangkir kopi mikirnya. Sesekali menggigit donat rasa oreo yang menjadi Kesukaannya sejak dulu. "Besok ikut jemput abang ya, Mbak Xen. Taukan aku paling males kalau debat sama mama." Xena kembali mengangguk, dia akan ikut Stefany menjemput kakaknya. Lagian ini juga sudah tugas Xena kan sebagai pembantu yang ikut majikannya? Apalagi pulang dari luar negeri, sudah dipastikan jika barang bawaan nya akan banyak. Stefany maupun abangnya akan kesulitan untuk membawa banyak barang kan? "Oke, besok jam sepuluh pagi ya Mbak Xen." -Secrets- Sepulang dari kedai kopi, Xena pun kembali ke aktivitasnya kembali. Di dapur untuk membuat menu makan malam, dan tentunya dengan omelan ibu Stefany yang menggelegar. Yang tahu jika anaknya tak datang ke kantor. Padahal Xena sudah mengingatkannya, lebih baik pergi ke kantor hanya lima atau sepuluh menit setelah itu pergi. Dibanding dia tidak datang ke kantor dan menjadi malapetaka untuk Stefany. Dan benar bukan, majikannya itu sangat sulit diatur dan tidak pernah mau mendengarkan kata siapapun. Jika sudah begini siapa yang akan disalahkan? Tiga puluh menit sudah, Xena pun menyelesaikan masakannya. Dia menatap semua menu masakan yang ada di atas meja ini dengan rapi. Begitu juga dengan minuman dan potongan buah, yang harus ada untuk mereka. Sebenarnya ya keluarga ini tuh baik, tapi kadang juga suka seenaknya pada kaum rendah macam Xena. "Xena, besok kalau dia ajak kamu dan dia nggak mau ke kantor. Tolong lapor saya ya." kata Magdalena. Disini Xena lebih fokus pada ekspresi Stefany yang menirukan Magdalena berbicara. Wanita itu seolah mengejek ibunya yang berbicara dengan nada tinggi. "Baik Buk." Magdalena meminta Xena untuk pergi, dia juga meminta Stefany untuk duduk dan menikmati makan malamnya. Begitu juga dengan Aska Mandala, yang lebih memilih tenang sambil menikmati kopi hitam nya. Pria tua itu juga meminta Stefany untuk serius sedikit saja dengan kehidupannya. Dia itu sudah dua puluh lima tahun, selain sikapnya seperti anak kecil. Stefany juga menganggap semuanya dengan gampang, itulah kenapa Magdalena dan juga Aska khawatir dengan hidup Stefany. “Mami sama Papi itu nggak perlu khawatir, aku tau kok jalan mana yang harus aku pilih.” kata Stefany. “Bukannya begitu Fany, Mami cuma nggak mau kalau kamu salah jalan. Mami pengen—” “Udah ya Mi, mending kita makan malam aja, aku udah laper banget.” potong Stefany cepat. Seketika itu juga Magdalena memilih diam. Anak perempuannya itu sulit untuk diatur, sulit untuk diajak berbicara secara baik-baik. Bahkan wanita tua itu sampai berpikir dulu waktu hamil ngidam apa sih. sampai punya anak modelan Stefany? Aska sendiri juga hanya mampu menggelengkan kepalanya pelan. Perpaduan antara sikapnya dan juga sikap istrinya yang lebih mendominan, hingga memiliki anak seperti Stefany. Padahal anak perempuan adalah anak yang diinginkan Magdalena waktu itu. Makan malam pun dimulai, semua orang duduk dengan diam dan menikmati makanan mereka. Disini Stefany lebih memikirkan banyak hal, antara sketsa yang dibuat, hingga tempat mana yang akan dia ambil sebagai tempat dia bekerja. Tiga bulan yang lalu dia baru saja lulus kuliah, dan Stefany berpikir jika dia akan mengambil satu tahun kuliah lagi. Dia benar-benar ingin menjadi fashion desainer yang terkenal, syukur-syukur nanti sketsa atau jahitan bajunya bisa dipakai oleh model cantik dan terkenal. Itu juga termasuk sebuah kebangaan dan juga cita-cita Stefany selama ini. Menaruh sendok dengan sedikit berbunyi membuat Magdalena dan juga Aska menoleh. Begitu juga dengan Stefany yang mengusap bibirnya dengan tisu yang ada dan menatap kedua orang tuanya dengan bingung. “Aku sudah selesai.” katanya. “Tumben kamu makannya dikit, lagi diet lagi apa?” tanya Aska. Stefany menggeleng. Dia lagi tidak diet, hanya saja nafsu makan Stefany menurun dia ingin ngemil bukan makan berat. Tapi disini Stefany tahu diri jika ibunya akan marah jika tahu Stefany tidak makan apapun. “Nggak, udah kenyang aja aku.” elak Stefany. Aska menatap curiga, tapi sebisa mungkin Aska mencoba mempercayai putrinya itu. Dia bahkan sampai mempersilahkan putrinya untuk pergi ke kamarnya, dia membutuhkan istirahat yang cukup untuk besok kembali berkunjung ke kantor. Tentu saja hal itu langsung membuat Stefany bernegosiasi. Dia akan pergi ke kamar Xena lebih dulu, karena ada banyak hal yang harus dia selesaikan dengan Xena. Ada banyak hal yang harus mereka bicarakan berdua secara empat mata tanpa adanya orang lain. Dan jika dia sudah lelah dan mengantuk, Stefany juga akan pergi sendiri ke kamarnya dan tidur. "Tapi–" "Bye Papi!!" Buru-buru Stefany berlari ke arah dapur dan mencari keberadaan Xena. Wanita itu duduk di antara dua pembantunya dan sedang makan malam kecil-kecilan. Stefany duduk di samping Xena dan membuat mereka semua terkejut. Hanya dengan menunjukkan deretan giginya yang putih, Stefany meminta Xena untuk menyelesaikan makannya dengan cepat. Dia ingin berbicara dengan Xena malam ini juga. "Ada apa?" tanya Xena heran. Dia begitu lelah, dia ingin tidur cepat tapi yang ada, Stefany malah mengganggunya kembali. "Ayolah. Cepat habiskan makananmu, dan kita pergi ke paviliun mu." Jika para pembantu lainnya diberi kamar masing-masing, atau satu kamar untuk dua orang. Beda cerita dengan Xena yang malah diberi paviliun samping rumah lelah keluarga Stefany. Di paviliun itu dihuni oleh dua orang, Xena dan juga anak perempuannya. Suami Xena meninggal dunia enam tahun yang lalu, yang katanya waktu hujan dan membeli susu formula untuk putrinya ada sebuah mobil menghantam motor suaminya dan mengakibatkan suaminya tewas. Xena sudah berjuang sebesar ini untuk putrinya, tinggal berdua dengan putrinya dan memberikan yang terbaik untuk putrinya. Karena Xena ini sudah ikut lama dengan keluarga Mandala, itu sebabnya dia memiliki fasilitas yang pembantu lainnya tidak milikin. Bahkan ibu Stefany juga memberi kelonggaran untuk Xena yang harus mengantar putrinya pergi ke sekolah. Setelah menyelesaikan makannya, Xena langsung membereskan cuci piring majikannya. Dan barulah Xena mengajak Stefany pergi ke paviliun nya, untuk membicarakan suatu hal yang katanya sangat penting itu. "Apa Kimora sudah tidur?" tanya Stefany dengan suara rendah. Xena menatap paviliun ini sepi. "Mungkin iya. Biasanya habis makan langsung tidur." jelas Xena menutup gorden paviliun nya. "Sekarang Nona pengen ngomong apa sama saya?" lanjutnya penasaran. Stefany nyengir. "Besok kan aku mau ketemu sama Jayden. Kamu jemput abang ya ke apartemen sama supir bawa mobil aku nggak papa." katanya memohon dan membuat Xena mendelik sempurna. "Tapi Non–" "Aku mohon, Mba Xena mau ya jemput abang." Melihat hal itu Xena jadi tidak tega. Hingga yang bisa dia lakukan hanya menganggukkan kepalanya pelan dan terpaksa. "Iya. Besok saya yang jemput den Zeehan." -Secrets-

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.8K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.4K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
46.2K
bc

Pengganti

read
301.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook