Mau tidak mau, Sarah memberikan pukulan pada lengan Fian. Matanya mendelik dan wajah yang biasanya acuh itu kini berubah sengit seakan Fian adalah musuh yang harus dia hancurkan. "Kamu pikir aku wanita seperti apa??" Suara Sarah sudah naik dua oktaf. Beberapa pembeli menoleh ke arah mereka, namun Sarah tidak peduli. Pria satu ini sudah melewati batasannya. Fian meringis merasakan kebas dan perih di pipinya. Tidak hanya itu, dia juga merasakan telinganya berdengung. Tampaknya Sarah tidak main-main dengan pukulannya. "Sakit, Mbak," ucapnya lirih juga meringis. "Salah sendiri!" "Ya, maaflah, Mbak. Jangan marah lagi. Maaf ya." Sarah melirik tajam. Mulutnya terlalu malas untuk menjawab omongan Fian. Fian sendiri merasa tidak enak. Bagaimanapun juga, mereka memang baru bertemu dan ber