When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Niar diam duduk di kursi rodanya menunggu dokter keluar dari ruang operasi Jo, Niar tak akan sanggup bila ia kehilangan Jo karena hanya Jo keluarga yang ia miliki dan sayang dengan tulusnya padanya. Mata Niar memerah dan bengkak karena terus menangis selama beberapa jam hingga air matanya tak sanggup lagi keluar dari kedua mata indahnya. "Niar kau belum makan siang na..... "Tak usah memperdulikanku," ucap Niar ketus menatap tajam Gio tak peduli pria itu akan sakit hati atas ucapannya. "Niar maafkan aku, aku tak tahu kalau jo adalah adikmu, maaf," ucap Gio menggenggam tangan Niar dengan lembut namun langsung dihempaskan dengan kasar oleh Niar. "Kau tahu perbedaan antara cinta dan obsesi itu sangat tipis dan setelah melihat apa yang kau lakukan pada Jo, aku merasa bahwa kau hanya t