“Kalau sudah selesai kerjaannya, cepat pulang ya, Mas!” pinta Tiyas sebelum mereka turun ke bawah. “Iya, donk. Tiga hari jauh dari kamu, pasti rasanya sangat tersiksa.” “Gombal!” sahut Tiyas melirik nakal sembari merapikan kerah baju Adit. “Gombalin istri itu, pahala,” sahut Adit mencolek hidung Tiyas. Tiyas tersenyum bahagia. Sesaat ia memeluk Adit. Ingin rasanya dia ikut menemani suaminya itu ke luar kota, tapi takut diocehi mami Natasya. Entahlah, terkadang ia merasa mami Natasya gerah melihatnya nempel terus dengan Adit. Padahal Adit sendiri yang mengkondisikan itu. Adit suka melihat Tiyas diam di rumah menunggunya pulang dari kantor. “Sudah siap semua? Kita turun, yuk!” ajak Adit mencium kening Arka sebelum ke luar kamar. Tiyas membawa tas Adit turun ke bawah, ia tersenyum rama

