Jovanka memacu mobilnya menuju bandara internasional Soekarno-Hatta. Sesuai telepon semalam, ia akan menjemput Leo yang hari ini terbang dari Singapura ke Jakarta. Jovanka melirik jam tangannya, sebentar lagi sudah pukul sebelas siang. “Lagian ngapain ke sini, sih?” gumamnya kesal. Ia memang tak pernah menyangka dan tak pernah berharap Leo akan ‘menjenguknya’ ke Indonesia. Jovanka memarkirkan mobilnya di antara barisan mobil lainnya, lalu gegas berlari kecil menuju lobi lantai satu. Ini sudah pukul sebelas lebih, ia celingukan mencari sosok tinggi menjulang yang biasanya mudah sekali ditemukan di antara orang-orang. Dan… benar saja, Leo sudah terlihat di kejauhan tanpa perlu mendekatinya. Seketika, wajah Jovanka yang tadi merengut kesal berubah cerah. Ia melambaikan tangannya antusias.

