Han Junjie tidak benar-benar marah. Ia selalu menganggap Kaili anomali yang menyenangkan. Ia angkat Kaili ke pundaknya agar tidak menginjak pecahan kaca. Gadis itu berontak sambil berteriak, "Lepaskan aku! Baji.ngan berengsek, lepaskan aku!" "Tidak, aku tidak melepasmu. Kau istriku dan aku harus melepaskan rindu yang tertahan ini," tampik Han Junjie. Ia bawa Kaili ke kamarnya, tetapi gadis itu masih sempat berpegangan ke ambang pintu. "Aku tidak mau! Aku tidak sudi! Ke mana kau membawaku? Lepaskan aku!" Bukan sekali Han Junjie menemui Kaili yang sikapnya bertolak belakang setelah dicum.bu. Ia bujuk Kaili seperti membodohi anak kecil. "Aku membawamu ke arena bermain terbaik di muka bumi. Katamu ranjangku yang terbaik. Sekeras apa pun kita bermain, busanya tetap empuk dan meredam sakit."

