"Sayang." Gibran mendorong daun pintu dan mendapati istrinya tengah duduk bersandar di ranjang, menatapnya dengan pandangan yang membuat pria itu seketika ingin menubruknya. Tangan halus wanita itu hinggap di rahang Gibran begitu sudah tak ada lagi jarak di antara mereka. Gibran menangkapnya lalu mengecupnya pelan. "Belum tidur?" Nada menggeleng pelan. "Nunggu Mas Gibran." Seperti biasa, hanya gerak bibir yang terlihat tanpa suara. Gibran terkekeh. Menunggunya datang dan naik peraduan untuk bercerita sebelum tidur sudah menjadi kebiasaan Nada akhir-akhir ini. Pria itu menghimpit tubuh Nada, memeluknya dari belakang kemudian menyingkirkan buku yang sedang dibaca istrinya. "Ken sudah tidur?" bisiknya dengan suara serak nan berat. Helaan napasnya mengenai kulit leher Nada, membuat wa

