Selamat membaca! Tama begitu terkejut saat Amanda menampar wajahnya sangat keras. Namun, ia tidak marah sama sekali melainkan syok atas sikap yang wanita itu tunjukkan padanya setelah mereka tidak saling bertatap muka selama satu bulan. Kini Amanda merasa yakin bahwa saat ini dirinya tidak sedang berhalusinasi karena Tama yang berdiri di hadapannya benar-benar nyata. "Kenapa kamu menamparku, Amanda?" tanya Tama dengan raut sedih seraya memegangi pipinya yang ditampar oleh wanita itu. Amanda mencoba meluapkan kekesalannya dengan tidak menahan bulir-bulir bening yang sudah menganak di kedua pelupuk matanya hingga saling berdesakan. "Harusnya aku bertanya seperti itu, Tama! Kenapa kamu ada di sini dan untuk apa kamu menampakkan dirimu lagi di hadapanku? Apa kamu ingin terus menerus mengh

