“Kalian pulanglah. Tinggalkan aku sendiri,” ucap Agung tanpa menoleh. Pemakaman Freya sudah berakhir setengah jam lalu, tapi pria itu masih tetap berdiri di samping pusara putri bungsunya. Agung tidak menangis, tapi wajahnya seperti digelayuti mendung tebal. Matanya berkaca-kaca, tapi egonya menahan dirinya agar air mata itu tidak luruh. “Ayo pulang, Ma. Mama butuh istirahat,” bisik Randi pada Sekar yang masih sesenggukan menangis. Sejak semalam, Sekar dan Randi belum istirahat sama sekali. Tapi siapa yang berpikir soal istirahat di saat seperti ini? Meski begitu, Sekar tetap menurut saat Randi mengarahkannya untuk keluar dari pemakaman. Meninggalkan Agung yang masih berdiri mematung menatap batu nisan yang bertuliskan nama putrinya. Seolah dengan begitu Freya bisa bangkit dari kubur