Hati Kaia terasa seperti dicubit kecil ketika melihat bayi lima bulan itu menangis di gendongan Sekar. Sebuah selang infus menancap di tangan kanannya yang dilapisi spalk. “Kalian sudah datang?” sapa Sekar dengan wajah gelisah, ia terus menimang Liam yang terus menangis. “Gantian sini, Tan.” Kaia mengulurkan tangan untuk mengambil Liam dari Sekar. Bayi itu masih menangis di pelukan Kaia, tapi perlahan-lahan gerakannya mulai berkurang dan isakannya mereda. Kaia terus mendekap Liam ke dadanya. Ia menyentuh kening Liam, hangat. Sepertinya obat sudah masuk karena Liam terasa tidak terlalu panas. “Gimana awalnya?” tanya Ben setelah duduk di sofa bersama Agung dan Sekar. Kaia duduk di tepi ranjang pasien. “Sebenarnya Liam sudah demam sejak semalam, turun cuma setelah minum obat. Sekar samp