Kaia tak bisa fokus sama sekali. Kemarin ia menangis sambil melakukan panggilan telepon dengan Ben setelah Ben sadar. Melihat sang suami terbaring di atas ranjang seorang diri, berada ribuan kilometer darinya, bahkan berbeda pulau dengannya, membuat Kaia tak kuasa menahan nyeri dan sesak di dadanya. Tapi hari ini, ia berdandan sebaik mungkin. Meski wajahnya masih sembab, MUA yang ia sewa berhasil menyembunyikannya dengan baik. “Lo udah siap?” tanya Aria lembut saat melihat Kaia menghampirinya. Ia bisa merasakan kesedihan masih membayangi ekspresi sahabatnya itu. Meski begitu, Kaia tetap memaksakan sebuah senyum manis di bibirnya. “Iya. Ayo berangkat.” Sepasang sahabat yang selalu menjadi partner kerja itu akhirnya keluar rumah bersamaan. Pak Dadan sudah siap dengan mobilnya, mengantar