“Ga, aku bau nggak, sih?” Pertanyaan Ben yang begitu tiba-tiba membuat Angga melongo. “Apa, Pak?” “Kamu pernah merasa nggak nyaman dengan bau badanku?” Ben bertanya blak-blakan. Angga harus mengerjap beberapa kali baru menyadari bahwa Ben benar-benar serius. Ia berdehem pelan sebelum menjawab, memasang tampang serius. “Nggak pernah. Kalau boleh jujur, Pak Ben termasuk wangi.” “Jangan bohong, Ga.” Ben memicingkan matanya curiga. “Aku mau kamu jawab dengan jujur.” “Saya jujur, Pak. Sejak awal kerja sama Bapak, Pak Ben tuh nggak pernah bau. Meski habis keringetan main golf, Bapak tetep wangi kok. Makanya saya beli parfum yang sama dengan parfum Bapak.” Ben terdiam, mengamati wajah Angga lekat. “Saya jujur, Pak, beneran,” ucap Angga meyakinkan. “Memangnya ada yang bilang Pak Ben bau?”