Sania menatap gugup melihat pada mertuanya yang datang bersama dengan orang tua Sania. Mata Sania tidak berani menatap pada ibunya yang menatap tajam pada Sania. Sania tahu, kalau dirinya salah. Maafkan Sania. Sania tidak akan mengulangi kesalahannya lagi yang pergi sendirian tanpa Dion yang mendampingi dirinya. “Sudah pulang kamu.” Jantung Sania rasanya akan copot ketika mendengar pertanyaan dari ibunya barusan, dengan nada yang penuh dengan ancaman dan kemarahan. Sania mengangguk. “Kamu nggak natap Mama? Kamu tahu gimana Mama ajarkan kamu, untuk menyelesaikan masalah di rumah tangga dengan baik. Kamu pergi sendirian ke Padang dan nggak ada yang tahu kamu pergi. Kalau terjadi sesuatu sama kamu, kami yang di sini pasti khawatir dan merasa bersalah. Apalagi suami kamu. Dia itu nggak