11. Putri Manja Papa

1033 Words
[Sania sayang, kau tidak lupa minggu depan bertemu dengan orang tua saya, ‘kan? Pakai baju yang bagus. Jangan seperti gembel!” Sania menatap kesal pesan yang dikirimkan oleh nomor baru, yang dia tahu itu nomornya Dion— duda sialan yang sudah merenggut yang dijaga oleh dirinya selama ini. Sania tidak mau menemui orang tua Dion. Atau dia mengenakan pakaian yang jauh dari ekspetasi Dion saja? Sania tertawa jahat membayangkan rencananya yang akan menemui orang tua Dion dengan pakaian yang akan membuat orang tua lelaki itu serangan jantung. Sania tidak menyangka kalau hari akan berjalan dengan cepat. Dua hari lagi dia akan bertemu dengan orang tua Dion— calon suami yang mengajak dirinya untuk melaksanakan pernikahan kontrak. Memang b******n. Masa Sania secantik ini diajak untuk menikah kontrak. Diajak menikah sungguhan dong! Kan Sania bisa menimbangkan Dion ini memang baik atau tidak. Dion tidak baik. “Sania, kamu sudah tidur, nak?” Sania menatap pada ayahnya yang menyembulkan kepalanya di pintu kamar. Sania menggeleng. “Belum. Papa mau apa?” tanya Sania lembut pada ayahnya. Sandi menggeleng, lalu masuk ke dalam kamar putrinya. Sandi duduk di samping Sania sekarang. Sandi mengusap rambut putrinya begitu lembut. Sandi tidak menduga waktu akan berjalan secepat ini. Putrinya yang lahir dengan berat dua kilogram, dan sekarang putrinya sudah memilih untuk menikah dengan lelaki yang dia suruh dikenal oleh putrinya. Lelaki yang dia yakin sangat baik untuk putrinya itu. “Kamu sudah besar. Dulu kaki kamu itu, cuman sebesar dua jari Papa saja. Sekarang kamu sudah mau menikah. Kamu beneran mau menikah dengan Dion, ‘kan, Nak? Papa tidak akan memaksa kamu menikah dengan Dion kalau kamu tidak suka pada Dion. Kebahagiaan kamu yang selalu Papa utamakan dibanding yang lain.” Ucap Sandi, menatap pada putrinya penuh rasa sayang tidak pernah berubah untuk putrinya. Sania mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Kenapa jadi melow kayak gini? Sania jadi mau nangis. “Sania yakin mau menikah dengan Mas Dion, Pa. Papa sudah kenal dengan Mas Dion, kenapa Papa kayak nggak yakin kalau Sania nikah sama dia?” tanya Sania. Sandi tersenyum. “Dion itu lelaki dewasa. Sedangkan kamu? Masih putri Papa yang manja dan tidak pernah Papa anggap sudah besar. Kamu masih saja merengek ingin meminta ini itu. Makanya Papa tidak yakin kamu mau menikah. Kamu juga sering gilanya dibanding waras. Kamu jangan buat Dion malu nanti dengan tingkah laku kamu itu!” ucap Sandi menyentil kening putrinya. Sania mengusap keningnya yang barusan disentil oleh ayahnya. “Ihh! Papa mau mengejek Sania rupanya. Sania itu tahu saat dimana bersikap yang baik dan yang tidak. Lagian kalau Mas Dion memang pengen nikah sama Sania yang cantiknya ngalahin Mbak Gigi Hadid ini. Dia bisa terima Sania apa adanya.” Ucap Sania memeluk ayahnya manja. Sandi mendengar apa yang dikatakan oleh putrinya tertawa kecil. “Iya, terima apa adanya. Tapi kamu harus menjaga sikap juga Sania. Kamu sudah dewasa, umur kamu bukan anak remaja lagi. Yang suka melakukan hal-hal yang tidak jelas. Kamu harus memikirkan masa depan kamu dan menjadi istri yang baik dan penurut pada suami.” Ucap Sandi lembut. Sania mengangguk pelan, membayangkan dirinya yang penurut pada Dion, langsung digidik ngeri oleh Sania. Dia tidak bisa membayangkan kalau Dion meminta hal yang aneh-aneh padanya. Sania tidak akan mau melakukan perintah lelaki itu. “Kamu kenapa? Kayak orang yang geli gitu? Kamu bayangin apa?” tanya Sandi menatap penuh selidik pada anaknya ini. Dia sedang membayangkan apa. Sania menggeleng. Tidak mau mengatakan pada ayahnya, kalau Dion menyuruh dirinya untuk merangkak memakai pakai cosplay ala kucing dan menggoda lelaki itu. Ih! Membayangkannya saja sudah membuat dia takut untuk menerima duda— yang sudah berpengalaman jadi suaminya. Bisa saja nanti setelah menikah dengan Dion. Dion itu jual dirinya ke pasar gelap yang menerima organ tubuh manusia. Agar semua uang Dion berikan untuk membantu perusahaan ayahnya balik modal ke lelaki itu lagi. Sania semakin takut untuk menikah dengan Dion. Tak! “AW!” “Otak kamu yang kecil ini sedang membayangkan apa. Kalau kamu sedang membayangkan sesuatu yang tidak baik pada Dion. Lebih baik kamu buang jauh-jauh. Papa yakin, kalau Dion itu tidak seperti mantan kekasih kamu yang b******n itu. Dion itu lelaki yang sangat baik sekali. Dia saja setia pada istrinya.” ucap Sandi. Sania mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya memutar bola matanya. Bisa saja saat nikah dengan Sania, malah Dion tidak setia pada Sania. Lelaki yang kaya raya dan menjadi pemilik perusahaan. Sudah pasti banyak wanita di belakangnya yang menjadi selirnya. Sania memang dijadikan pengganti Ratu sebelumnya. Tapi selir sang Raja banyak. Dan pandai menyembunyikan para selirnya di depan umum. “Papa jangan terlalu percaya pada orang. Apalagi Papa baru bertemu dengan Mas Dion. Bisa saja dia tampak setia di depan. Namun dibelakang dia malah selingkuh.” “Kamu jangan berpikiran yang buruk. Terus kenapa kamu mau menikah dengan Dion, padahal kamu berpikiran seperti itu pada Dion.” Tanya Sandi menatap pada putrinya. “Hem, karena Dion itu kaya raya dan tampan. Makanya Sania mau terima dia sebagai suami.” Padahal alasan Sania menerima Dion sebagai suaminya, karena dia tidak mau perusahaan ayahnya semakin jatuh bangkrut. Tidak mau perusahaan yang diperjuangkan oleh ayahnya selama ini, menjadi hancur begitu saja. “Kamu belum cinta sama Dion?” “Pa! Cinta itu tidak mudah datangnya. Sania perlu waktu untuk mencintai Mas Dion, bukan sekali ketemu langsung cinta sama Mas Dion. Cinta itu akan datang karena sering bersama.” Ucap Sania. Cielah! Sania sudah seperti orang yang begitu bijak sekali. Kalau Airin mendengar apa yang dikatakan oleh Sania tadi. Pasti gadis itu tertawa sambil menepuk pahanya dengan tatapan mengejek pada Sania. Karena ucapan Sania udah kayak orang bener aja. Padahal Sania selama ini banyak gilanya. “Benar juga. Anak Papa memang pintar.” Kata Sandi mengusap rambut putrinya lembut, dan mencium kening putrinya. “Sudah. Kamu tidur dan jangan begadang lagi. Nggak baik buat kesehatan.” Ucap Sandi berdiri dari tempatnya dan berjalan keluar dari dalam kamar anaknya. Sania menatap kepergian ayahnya, langsung mengunci pintu kamar. Sania menatap pada lemarinya yang memang terdapat lemari khusus untuk kostum yang aneh. Senyuman aneh terpatri di bibir Sania. Mas Dion— duda k*****t. Rasakan apa yang akan dilakukan oleh Sania pada lelaki itu. Orang tuamu bakalan ilfil Mas!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD