“Ini rumah siapa? Rumah aku ya?” Tunjuk Sania pada dirinya sendiri. Melihat rumah yang besar di depan matanya. Langsung mata Sania ijo. Sania bukan cewek yang bilang. “Nggak papa kita nggak tinggal di rumah mewah yang penting kita saling mencintai dan bahagia, Mas.” Pret! Sania bukanlah gadis yang seperti itu. Tinggal di rumah mewah adalah sebuah impian untuk dirinya. Lagian Sania ini tidak mau juga mengatakan cinta adalah segalanya. Basi! Kalau memang cinta segalanya. Masih saja ada orang menangis hanya karena cinta. “Hem, bukan. Rumah ini masih atas nama mendiang ibunya Derren.” Jawab Dion, menatap pada Sania. Menunggu apa yang dikatakan oleh Sania. “Ini rumah Mas dan mendiang istri Mas?” Tanyanya menatap pada rumah di depannya. Lalu berjalan membuka pintu dan menatap isi dalam r