Sebuah Pilihan 2

1017 Words

Senja menelan saliva. Feeling ibunya tidak salah. Bermula dari perasaan wajar seorang ibu terhadap keadaan putrinya. Tapi kekhawatiran itu adalah kenyataan yang sebenarnya. Hanya saja Bu Hanum belum mengetahui. "Mereka kan orang kaya, Ja. Kita hanya orang dusun yang nggak setara dengan mereka." "Ibu jangan khawatir. Kami baik-baik saja." Senja menenangkan ibunya, meski dalam hati ketar-ketir juga. Jika ibunya tahu pasti beliau sangat sedih. Untuk mengalihkan pembicaraan. Senja membahas hal lain. "Buk, dulu di sawah Mbah Dullah sana banyak tanaman mendong, kan? Sekarang kok nggak ada satu pun." Senja menunjuk sawah yang berada di pinggir dan di kelilingi pohon kelapa yang menjulang tinggi. Tanaman mendong ini untuk bahan tikar. Dulu menjadi komoditas yang menjanjikan. Waktu Senja masih

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD