Kala Senja di Sebuah Kafe 2

1131 Words

Pria itu tidak buru-buru menjawab. Bagi Sabda sendiri, andai kerabatnya banyak yang tahu sekarang, itu tak masalah baginya. Sekarang berhadapan dengan mereka, nanti pun juga. Cepat atau lambat situasinya akan tetap sama. Namun dia juga harus memikirkan kesiapan Senja, terutama kesiapan mentalnya. "Baiklah, tak apa-apa. Tapi malam Sabtu nanti kita ketemuan sama papa. Beliau ingin kita menemuinya di Garden Kafe." Dada Senja berdebar-debar. Ada apalagi setelah ini. Jika kedua orang tua Sabda tidak menyukainya, pantaskah dia terus melangkah di sisi Sabda? Memaksakan diri agar di terima. Ah, kenapa dipikir berat. Biar apa kata nanti saja. "Senja," tegur Sabda ketika Senja masih diam melamun. "Eh, iya, Mas. Aku dengar kok. Ya, nggak apa-apa. Nanti aku akan datang. Mas, kabari saja jam berap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD