2. Accept

1365 Words
Adit tersenyum senang saat idenya di-accept oleh kepala sekolah. Apa dia bilang, kepala sekolah tidak akan melarang atau menolak segala idenya. Karena sampai sekarang Adit selalu bisa mempertanggungjawabkan apa yang dia pilih. Di sinilah dia sekarang bersama teman-teman OSIS-nya. Di depan semua adik tingkatnya yang baru masuk sepuluh hari sampai hari kamis di minggu kedua. Adit memegang microphone sambil melihat satu persatu juniornya. Oke, bukan satu persatu, tapi hanya sekilas saja dari ujung ke ujung. Ada Nata di sampingnya sebagai wakil ketua OSIS, Shevia bendahara 2, Lify sekretaris 2. Adit melihat Dama yang sedang berkeliling di sebelah kiri, lelaki itu menjabat sebagai bendahara 1. Wekas ada di sekitar barisan sebelah kanan, lelaki dengan gaya rambut harajuku itu menjabat sebagai sekretaris 1. Wekas tidak sendiri, ada Agnee dan Tiara di dekatnya sebagai seksi dokumentasi. Kamera menggantung di leher Tiara, memang gadis itu penuh kehebohan. Tiara sangat berbeda dengan Agnee yang lebih banyak diam dan tenang, jika Tiara selalu saja heboh tujuh putaran. Yang kelas XII lainnya ada Raynald, Agung, Ane, Nova, Angel, Cahya, Tian, Rizky dan Irva. Sedangkan dari kelas XI ada Amel, Risa, Arif, Olivia, Gita, Fauzy, Abi, Angga, Rehan, Fabian, Fajar dan Dewi. Memang tidak semua anggota OSIS kumpul, ada beberapa yang tidak ikut kumpul karena kepentingan lain, ada juga yang sedang belajar untuk ikut olimpiade matematika dan fisika beberapa bulan lagi. "Selamat siang semuanya." suara bariton seorang Aditya Stev menggema membuat semua juniornya terpana. "Selamat siang, Kak." koor semua kelas sepuluh. Tapi ada juga yang rese membawa embel-embel ganteng, kece, cakep, manis dan lain sebagainya. "Woi! Yang tadi bilang selamat siang Kak Adit-ku mana?" bukan! Bukan Lify yang bersuara, tapi Angel. Ya, gadis itu adalah Angel yang mencari juniornya membalas salam Adit dengan embel-embel Adit-ku di bagian belakang. "Lo apa-apaan sih, Ngel." bisik Lify aneh melihat Angel. Entah dari kapan Angel sudah berdiri di sampingnya. "Biarkan Lif, kesel saja gue dengarnya." Shevia hanya memutar bola matanya malas mendengar alasan Angel. Meski pun begitu, Angel tidak memiliki musuh dan tidak pernah mencari gara-gara dengan temannya. Hanya saja penampilan dan gaya bicaranya saja yang seperti bad girl. "Mana woi! Keluar sini!" teriak Angel semakin naik pitam. Angel sudah maju dan menunggu siapa tadi yang mengucapkan Adit-ku. Padahal Angel sudah tahu siapa orangnya, hanya saja Angel menunggu kejujuran dari mereka. Banyak bisik-bisik dari anak kelas sepuluh yang mengatakan mampus lo atau dia kakak senior yang galak, masuk kandang macan lo, dan masih banyak lagi. Akhirnya ada juga yang maju ke depan menghadap ke Angel yang memasang tampang sangar. "Ikut gue, lo." Angel mengajak juniornya menuju sebuah pohon yang ada di samping kelas XI-IPA 2. Kelas yang tidak jauh dari jangkauannya. "Kembali ke pembahasan ya. Besok akan diadakan jurit malam sebagai syarat pelengkap masuk sekolah Angkasa. Lokasinya di belakang sekolah, lorong penghubung gedung lama dan pastinya di gedung lama sekolah Angkasa yang sudah berpuluh-puluh tahun tidak pernah dipakai atau ditengok.p" jelas Adit membuat juniornya bergidik ngeri. Tidak dipungkiri, bahwa sekolah Angkasa terkenal akan prestasinya, sekolah elite, sekolah kalangan atas, terfavorit dan sekolahan yang memiliki misteri aneh dan sampai sekarang belum terpecahkan. Entah misteri itu memang ada nyata atau hanya omongan burung belaka. Tidak ada yang berniat membuktikannya sama sekali. Bahkan jika ada reality show yang meminta izin uji nyali di sana, pihak kepala sekolah selalu menolak demi reputasi sekolah supaya tidak semakin buruk di mata masyarakat. "Perlengkapan yang harus kalian bawa akan dijelaskan oleh Kak Lify." Adit memberikan microphone. "Langsung saja ya, yang harus dibawa buat jurit malam besok. Bekal buat makan malam, kaos olah raga, senter, lilin, korek, roti basah rasa durian, buku, bolpoin, chitato rasa sapi panggang dua taro satu, mie saridona, dan air mineral. Jangan sampai ada yang tidak bawa! Sekian, selamat siang dan terima kasih." Lify mengakhiri penjelasannya. "Kumpul jam berapa, Kak?" suara cempreng dari ujung membuat Shevia mendongak. Gadis itu sudah memegang microphone yang tadi dipegang oleh Lify. "Kalian besok hanya wajib datang ke sekolah jam lima sore, memakai seragam pramuka dan hanya membawa apa yang tadi disebutkan Kak Lify. Ada yang mau ditanyakan lagi?" "Kak bawa HP boleh tidak?" "Boleh, tapi pas acara mulai yang boleh bawa dalam satu regu cuma satu orang." Anggota OSIS masih menunggu juniornya bertanya apa ada yang masih mengganggu benak mereka atau yang belum mereka ketahui. Di dekat kelas XI-IPA 2 ada Angel yang masih berkutat dengan juniornya yang tadi maju karena menggunakan embel-embel Adit-ku saat menjawab salam dari sang ketua OSIS. Angel tidak sendiri, ada Cahya, Ane, Tiara dan Nova di sana. Tiara sudah memberikan kameranya kepada Agnee supaya mengambil alih tugasnya untuk mendokumentasikan acara ini. Dama yang baru saja datang berdiri di depan j-u-n-i-o-r bersama Shevia, Lify, Nata dan Agung pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Tiara bersama teman lainnya. Terlihat jelas j-u-n-i-o-r itu sedang menjalani hukuman menembak sebuah pohon menggunakan bunga kaktus sambil berlutut khas gaya orang mau menyatakan cinta kepada sang pujaan hati. Adit sudah bergabung dengan Wekas untuk membicarakan yang harus mereka siapkan selesai ini. "Tidak ada yang bertanya lagi?" Dama mengedarkan pandangannya ke semua juniornya. "Oke, kalau tidak ada. Saya akhiri dan kalian bisa pulang sekarang juga. Semoga selamat sampai tujuan." pesan Dama plus senyuman mautnya yang membuat siswi kelas sepuluh menjerit-jerit tak karuan. Ada yang sampai terjatuh karena tidak sanggup melihat senyuman manis Dama yang semanis susu. Lapangan sudah sepi, tinggal tersisa anggota OSIS yang sekarang memilih duduk-duduk di tempat duduk yang ada di sisi lapangan sepak bola. Semua berkumpul jadi satu kecuali Angel, Cahya, Nova, Ane dan Tiara. Mereka masih asik menghukum juniornya. Gadis yang dihukum itu sekarang sedang berjoget ala jaran goyang. Cahya sudah mem-play lagu jaran goyang dari ponselnya. Dasar gadis berambut pendek dan memiliki lesung pipit itu memang penggila dangdut. Angel dan Tiara terbahak-bahak saat juniornya berjoget ala bebek-bebek yang sangat tidak nyambung dengan lagunya. Adit hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah teman seangkatannya serta seorganisasinya. Tapi lumayan untuk hiburan di saat lelah seperti ini. "Woi! Kalian kumpul ke sini!" suara Wekas menghentikan j-u-n-i-o-r yang sekarang ganti joget ala kura-kura jongkok. Angel, Tiara dan Ane menengok ke arah Wekas dan hanya bisa nyengir secara bersamaan. Dilihatnya Angel membebaskan juniornya itu ikut bergabung dengan OSIS lainnya. "Heh cabe! Lo memang paling bisa ya bikin anak orang kesel." cibir Dama memandang sinis ke arah Angel. "Bodo! Gue suka sih, masalah sama lo. Cewek lo juga ikut-ikutan." Angel ikut duduk. "Asli, ngakak gue lihatin wajah dia yang benar-benar blo'on." Tiara masih saja tertawa. "Sudah-sudah, kita mau mulai kapan?" Shevia menjadi penengah di antara mereka. "Sekarang saja sih Kak, biar besok bisa santai bentar sebelum acara mulai." sahut Risa yang menempel dekat Fauzy. "Setuju itu apa kata Risa, sekarang saja." "Gue juga setuju." "Ikut-ikut saja lo, Gung." "Suka-suka gue kenapa sih, Ndrong!" "Anjir... Rambut gue sudah enggak gondrong lagi. Lo itu jidat lebar." "Yang penting cakep." "Lah gue kece." "Lo kalau mau ikut-ikutan Raynald sama Agung mending pergi dari sini, Rif." suara Agnee membuat Arif tidak jadi berbicara. Padahal mulut lelaki itu sudah mangap lebar tapi akhirnya tertahan. "Ish... Galak amat sih pacarnya Kak Wekas." "Diam lo, Git." sengak Agnee lagi, tapi kali ini pada Gita. "Sudah sih, bersisik kalian tuh." Lify ikut melerai. "Berisik Lif, memang ikan bersisik." Adit melirik Lify yang asik memakan permen yupi kesukaannya. "Oh, sudah ganti toh." Lify hanya manggut-manggut mengerti. "Sudah siap semua belum sih perlengkapannya?" "Sudah dong Mel, yang belum siap mah Aa Raynald buat halalin kamu." "Najis!" satu kata tapi menusuk. Siapa lagi kalau bukan suara Nata, jleb sampai ke tulang belulang. "Buahaha... Raja es bersuara." Bukannya ikut tertawa, mereka malah memandang aneh ke arah Rizky yang menertawakan Nata. Terlihat begitu garing seolah mereka berkata apa banget sih si Rizky.  "Gue krispy ya, hehe... Sorry, gue terlalu gembira mendengar suaranya Nata ganteng." cengir Rizky gaje sambil garuk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Lirikan tajam didapat Rizky dari Nata. Sungguh tajam, setajam belati yang habis diasah. Rizky hanya menelan ludahnya susah payah melihat lirikan Nata begitu mengerikan. Rizky beralih menatap Shevia yang sudah menahan tawanya. Dalam otak Rizky berkelebat hebat ya Shevia bisa tahan selama empat tahun jadi ceweknya Nata. Coba kalo gue, sudah ngibrit duluan.  "Wkwk..." sekarang malah semua orang menertawakan Rizky yang mengerut dilirik oleh Nata. Tawa mereka pecah melihat adegan yang sangat jarang diciptakan oleh Nata. *** Next...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD