1

820 Words
Sekuat apapun Arkan menolak kehadirannya, Zahira tak akan lelah berdoa pada Allah yang membolak-balikkan hati manusia bahwa suatu saat Arkan bisa berubah dan menerimanya sebagai istri yang mendampinginya dan selalu menghormatinya. **** Beginikah rasanya menjadi istri yang tak diharapkan suami? **** Diam-diam Zahira terus melirik Arkan yang saat ini berdiri gagah disampingnya. Pria, yang kini sudah sah menjadi suaminya tampak tersenyum dengan para tamu yang hadir pada pernikahan mereka. Pernikahan mewah yang digelar untuk putra tunggal keluarga Melviano di datangi sangat banyak tamu. Sampai kaki Zahira terasa sangat keram, saking lamanya berdiri. Meski hanya dalam angan-angan, Zahira tak pernah berani membayangkan pernikahan semewah ini. Baginya, pernikahan sederhana dengan mahar surah Ar-Rahman itu sudah lebih dari cukup. Tapi, hari ini, tepat pada tanggal 4 April 2020 Zahira berdiri di atas pelaminan berdampingan dengan pangeran tampan yang memikat seluruh pasang mata. Arkana Melviano. Gaun mewah berwarna gold yang ia gunakan saat ini sangat merubah penampilannya yang biasanya tampak sederhana. Jilbab syar'i panjang yang tak pernah absen ia gunakan, kini berganti dengan jilbab cantik hasil karya MUA yang dihiasi mahkota kecil. "Masya Allah, mantu Mama cantik banget." Zahira hanya tersenyum malu-malu saat mama mertuanya memuji penampilannya yang 100% berubah. Zahira adalah gadis pendiam yang suka menundukkan kepalanya. Baginya, hanya suaminya lah yang berhak atas wajah dan senyum di bibir ranumnya. "Arkan, jangan pernah sakiti hati Zahira. Bila itu terjadi, Papa tidak akan tinggak diam." Zahira melirik Arkan yang tak merespon sama sekali ucapan orang tuanya. Semenjak dirinya naik ke atas pelaminan, Arkan hanya diam dan tersenyum paksa pada tamu yang menyalaminya. Miris bila mengingat perjanjian pra-nikah yang sudah Arkan buat saat itu. Demi senyum Ibu dan Abangnya yang saat ini ikut berdiri di pelamianan, Zahira berjanji akan mempertahankan pernikahan ini, seberat apapun ujiannya. Sekuat apapun Arkan menolak kehadirannya, Zahira tak akan lelah berdoa pada Allah yang membolak-balikkan hati manusia bahwa suatu saat Arkan bisa berubah dan menerimanya sebagai istri yang mendampinginya dan selalu menghormatinya. *** Zahira tersenyum kecut saat mendengar suami sah-nya tengah menenangkan kekasihnya yang tak terima ditinggal menikah. Mungkin, tak akan ada malam pertama yang indah. Dari dalam bilik kamar mandi Zahira mendengar cukup jelas suara Arkan yang tengah berbicara dengan kekasihnya lewat panggilan telfon. Arkan memang mencintai kekasihnya lebih dari apapun dan berjanji akan segera menikahinya. Jadi, wajar bila saat ini kekasihnya sangat terpukul melihat kenyataan bahwa Arkan malah menikahi wanita lain. "Alina, sayang, ini tidak akan bertahan lama. Aku sudah menjalankan nazar Papa, dan tak butuh waktu lama aku akan menyingkirkan wanita itu." Zahira memegang dadanya yang bergemuruh. Belum genap 24 jam menjadi istri Arkan, namun, hatinya sudah seperti diiris-iris belati tajam. Selain merasakan sakit hati, Zahira juga merasa seakan-akan dirinya ini pelakor yang merebut Arkan dari kekasihnya. Padahal, pernikahan ini terjadi karena nazar yang diucapkan ayah kandung Arkan sendiri. Jadi, dirinya maupun Arkan tak berhak menolak atau melawan pernikahan ini, karena ini janji Ayah Arkan dengan Allah. Tak betah berlama-lama di dalam kamar mandi, dengan keyakinan hati, Zahira membuka pintu kamar mandi dan segera keluar. Arkan duduk sendiri di atas ranjangnya. Pria itu terlihat sangat frustasi dan terus-terusan mengacak rambutnya kasar. Zahira paham, pasti kekasihnya belum terima Arkan menikah dengan orang lain. Zahira berjalan menuju ranjang yang di penuhi kelopak bunga mawar yang kini sudah berhamburan kemana-mana. Mungkin, Arkan lah yang merusak tatanan bunga itu. "Di sana ada karpet kalau kamu nggak mau tidur di lantai!" Bahkan kulitnya belum sempat menyentuh ranjang king size milik Arkan. Namun, pria itu telah lebih dulu menusuknya dengan kata-kata tajam. "Aku nggak mau berbagi ranjang sama kamu, silahkan ambil dan tidur!" Tubuh Zahira bergetar, pelupuk matanya kini di penuhi air mata yang siap tumpah. Apa sebegitu menjijikkannya ia sampai Arkan —suaminya sendiri, menolak berbagi ranjang dengannya. Dengan langkah berat, Zahira mengambil karpet beledu dan menggelarnya di bawah ranjang yang Arkan tiduri. "Nih, bantal!" Hati Zahira semakin sakit saat Arkan melempar bantal ke arahnya. Pria itu seperti orang tak memiliki perasaan. Zahira menata bantal dan segera meringkuk memunggungi Arkan tanpa melepas jilbab instan di kepalanya, meski yang saat ini berada dalam satu ruang bersamanya adalah suami sah-nya. Tangisnya tak bisa ia tahan lagi. Meski sangat menyakitkan Zahira berusaha menyembunyikan tangisan pilu malam pertamanya. Zahira menangis bukan karena tidur di karpet, melainkan membayangkan wajah kecewa Ibu dan Abangnya bila mengetahui kondisinya malam ini. Zahira, putri salihah kebanggaan keluarganya diperlakukan sedemikian buruk oleh suaminya sendiri. Padahal, harapan mereka pada pernikahannya dengan Arkan cukup tinggi, mereka yakin bahwa Zahira akan bahagia dunia akhirat bersama Arkan. Namun, faktanya, Zahira seperti kutil pengganggu hubungan Arkan dan Alina —kekasih suaminya. Dalam hati Zahira memohon ampun pada Allah karena tak menjalankan kewajibannya sebagai istri Arkan malam ini dan malam-malam seterusnya. **** Betapa menyedihkannya menjadi istri yang tak diharapkan suami. Berteman tangis, memeluk sepi. Bibir bergetar, tak henti-henti mengucap istigfar. Malam yang seharusnya indah berujung pilu. Bisikan do'a dan kecupan lembut hanya bersemayam dalam angan-angan indah. Zahira Nur Aina, ikhlas, meski hanya menjadi istri yang tak di harapkan suami.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD