13. Tentang Erik

1185 Words
"Yuri! Kamu tidak apa-apa?" Tania menyentuh bahu Yurika, mengecek apakah ada luka di tubuh sahabatnya. Tania baru saja tiba di kampus ketika telinganya mendengar bisik-bisik para mahasiswa yang mengatakan kejadian tidak mengenakkan baru saja dialami oleh Yurika. Sebagai sahabat dekat, tentu saja Tania langsung khawatir sehingga gadis itu berlari menuju kelas untuk mencari Yuri. "Aku tidak kenapa-kenapa, Tan," jawab Yuri dengan senyuman. "Tapi kata anak-anak kamu baru saja mengalami kejadian buruk karena ada orang yang berbuat kasar padamu?" Yuri menghela napas panjang. "Bagas tadi datang mencariku. Kita hanya sedikit terlibat kesalahpahaman saja, Tan. Tapi kamu tenang saja. Aku baik-baik saja." "Cerita yang bener dan jangan menyembunyikan apapun dariku." "Sungguhan, Tan. Tadi memang Bagas sempat marah-marah karena enggak terima aku putuskan. Dia menyeretku dan tak taulah mau dibawa ke mana akunya. Untungnya ada yang menolongku tadi." "Siapa?" "Hah! Siapa apanya?" "Yang menolong kamu?" Yuri diam sejenak. Tak mungkin dia mengatakan kalau yang menolong adalah Zakwan, sopir pribadi Erik. Karena tentang pernikahannya pun, Tania tak tau apa-apa. Kepala Yuri menggeleng. "Aku tidak tau. Mungkin mahasiswa di sini atau bisa jadi dosen." "Laki-laki?" Kepala Yuri mengangguk. Dalam hati meminta maaf karena harus terpaksa berbohong. "Ganteng nggak?" "Apaan sih! Kamu ini tadi katanya khawatir sekarang malah genit." "Bukan gitu, Yur. Siapa tau saja pahlawan kamu itu bisa jadi pengganti Bagas." "Aku nggak mau pacaran lagi. Mau fokus skripsi. Biar kita cepet lulus dan cari kerja. By the way ... mama kapan pulang, Tan?" Kepala Tania menggeleng. "Nggak tau. Betah banget bulan madunya. Maklum aja lah, Yur. Sama-sama puber kedua." "Cie, yang sebentar lagi mau dapat adik," goda Yuri membuat Tania melotot. "Ogah! Nggak ada adik-adikan." "Yaelah, Tan. Masak iya mama dan Om Bayu bulan madu nggak bawa hasil." "Pokoknya aku nggak mau punya adik. Aku udah mau dua dua, Yuri! Nggak pantes punya adik. Ntar dikira anakku." Yuri tertawa melihat wajah lucu Tania. Padahal kalau ada bayi di rumah rasanya seru juga. Ada yang diajak mainan. Yuri diam. Mendadak pikirannya jadi ke mana-mana. Bagaimana jika dia dan Erik punya anak nanti? Yuri geleng-gelengkan kepalanya mengusir bayangan sosok pria dewasa bernama Erik Candra yang tiba-tiba mengganggu pikirannya. "Yur! Wajahmu merah. Lagi mikiran apa hayo?" "Apa sih!" Gantian Tania yang tertawa hingga obrolan keduanya harus berhenti sebab kedatangan dosen mereka yang masuk ke dalam kelas. ••• "Bagas," ucap Erik sembari mengusap dagunya. Pria itu sedang dalam perjalanan bisnisnya tapi pikirannya justru terpecah dan tertuju pada sosok gadis yang baru satu minggu ia nikahi. Memikirkan laporan dari Zakwan jika Yuri terlibat masalah dengan Bagas, keponakannya. Sebenarnya, Erik tak seberapa perduli dengan apa yang terjadi pada Yuri, andaikan tidak melibatkan Bagas. Nyatanya, Zakwan mengatakan padanya jika Bagas hampir saja berbuat kekerasan pada Yuri yang Zakwan sendiri tak paham tentang masalah apa yang terjadi di antara keduanya. "Apa mungkin Yuri dan Bagas sudah saling kenal?" tanya Erik pada dirinya sendiri. "Pak Erik!" panggil Jayden menyentak lamunan pria itu. "Ya?" "Satu jam lagi kita akan mendarat." Erik menganggukkan kepalanya. "Jay!" "Iya?" "Tolong cari tau, apakah Bagas dan Yuri ada hubungan?" "Maksudnya ... Nyonya dengan keponakan Anda?" "Iya. Aku curiga jika ada sesuatu yang pernah terjadi di antara mereka?" "Apa Anda mengira jika Nyonya dan Tuan Muda Bagas adalah pasangan kekasih?" "Aku tidak tahu. Untuk itulah aku minta padamu agar mencari tahunya." "Baik, Pak. Saya akan cari tau semua tentang Nyonya." "Tidak harus semuanya, Jay. Hanya hubungan Yuri dengan Bagas. Itu saja," decak kesal Erik malah ditanggapi Jayden dengan kekehan. "Sepertinya Anda sedang cemburu?" "Jangan sok tau kamu, Jay!" Jayden senyam senyum tak lagi menggoda Erik. Hanya saja Erik jadi terusik akan pikirannya sendiri. Iya juga. Kenapa dia seingin tau itu tentang hubungan Bagas dengan Yuri. Ah, sudah lah. Daripada dia jadi penasaran sendiri. ••• "Erik! Baru sampai kamu?" tanya Bayu Candra yang menyambut kedatangan adik lelakinya. Sengaja Erik langsung menemui sang kakak yang memang kebetulan menginap di hotel yang sama dengannya. Bayu Candra masih menghabiskan waktu bulan madu bersama istri barunya dan mereka berdua sengaja melakukan janji temu di Dubai. Setelah saling berpelukan, Bayu mempersilahkan sang adik untuk duduk di sampingnya. Sementara Jayden memilih duduk di kursi yang lainnya membiarkan Bayu dan Erik mengobrol membahas soalan kerjaan. Kakak beradik yang sama-sama gila kerja. Jarang bertemu dan sekalinya bertemu malah kerjaan saja yang mereka bahas. "Aku sudah sampai satu jam yang lalu. Tenang saja. Kau sendiri kapan balik Indonesian, Kak?" "Dua hari lagi. Perusahaan tidak mungkin aku tinggalkan cukup lama. Ditambah perusahaanmu yang harus aku handle juga." Erik tertawa. "Kau tenang saja, Kak. Masih ada Evan yang bisa aku andalkan untuk membantumu. Hanya saja ... aku tak mungkin menyerahkan perusahaan begitu saja padanya karena hanya kamu lah yang bisa aku percaya." Erik Candra dan Bayu Candra adalah kakak adik yang selalu akur dan rukun. Keduanya memiliki darah pebisnis yang kental turunan dari Erwin Candra. Jika Bayu Candra mengelola perusahaan milik keluarga yang dirintis oleh papanya, sementara Erik Candra telah berhasil mendirikan perusahaan sendiri yang tak kalah besarnya. Selain mengurus perusahaan miliknya sendiri, Erik juga ikut mengembangkan bisnis keluarga di bawah pengawasan langsung dari Erwin Candra. Sayangnya, Bagas tidak bisa seperti Ayah dan pamannya. Terbiasa dimanja, lalu hancurnya rumah tangga Bayu Candra dengan ibunya Bagas, membuat Bagas makin terlena dan sesuka hatinya. Kerap membuat masalah dan semua sikap buruk Bagas, membuat Erwin tak bisa memberikan kepercayaan pada cucu lelakinya itu. Bahkan Erwin menolak memberikan posisi jabatan yang tinggi di perusahaan dan memilih memberikan kesempatan bagi Bagas untuk mulai meniti karir di kantor cabang yang jauh lebih kecil dari kantor pusat. Agar Bagas bisa tau jika untuk menjadi orang hebat harus melalui proses dari nol. Sayangnya, sudah setahun Bagas dipercaya mengelola kantor cabang, hasilnya jauh dari perkiraan Erwin. Sementara Bayu Candra juga tak ada kuasa untuk memberikan keistimewaan pada putranya. Membiarkan Bagas dididik dengan benar oleh Erwin. Dan kali ini Bayu mencoba melobi sang adik siapa tau saja bisa membantunya untuk menjadikan Bagas memiliki posisi kerjaan yang jauh lebih layak. Apalagi Bagas adalah satu-satu ahli warisnya kelak. "Apa kau tak ada keinginan memberikan kesempatan pada Bagas untuk mengembangkan karirnya di perusahaanmu? Kasihan juga kalau dia tetap berada di kantor cabang. Dia akan susah berkembang." Erik terkekeh. "Kau yakin mau memberikan tanggung jawab besar pada Bagas? Bahkan hingga sekarang, aku belum bisa melihat kemajuan darinya." "Selagi kita memberi dia kesempatan ... aku yakin Bagas pasti mau belajar. Kalau di kantor cabang, semua serba terbatas. Pergerakan Bagas juga tidak maksimal." "Terserah kau saja, Kak. Tapi awas jika sampai dia mengacak-acak perusahaanku dan membuat masalah." "Aku sendiri yang akan menjadi penjaminnya. Kau tenang saja." Erik pun mengangguk dan membiarkan Bayu dengan rencananya. "Oh ya, Rik. Selamat ya untuk pernikahanmu. Maaf aku tidak bisa hadir." "Tidak masalah. Hanya pernikahan sederhana saja." "Aku sungguh terkejut saat papa menelepon dan mengatakan jika kamu mau menikah. Ngomong-ngomong siapa wanita yang kau nikahi? Apa aku mengenalnya?" "Papa yang menjodohkanku. Dan siapa dia ... itu tidak penting." "Kau ini aneh. Setuju menikah tapi malah kamu tinggal ke sini." "Itu urusan papa. Yang penting aku sudah menuruti semua keinginannya." "Entahlah, Rik. Aku tak mengerti dengan jalan hidupmu." "Kalau begitu jangan mengurusi hidupku. Urusi saja perusahaanku." "Sialan! Dasar adik durhaka." Bayu memukul pelan lengan adiknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD