“EMMAAA!” Agha kesal pada Mama April berhubung menahannya dari ngebejek-bejek Rumi. Gemas banget pasti dia. Rumi memang mashaaAllah cantiknya. Matanya besar, irisnya kelam dan jernih. Bulu matanya panjang pun lentik seperti Andara. Alisnya juga hitam dan pekat. “Pelan-pelan oke? Nanti adik Rumi nangis lagi kalau Abang Agha sayang-sayangnya kekencangan.” “Syebegem-syebegem! EMMA!” Mama sakit perut. Apalagi Nina, Ibu Ani dan Andara yang sedaritadi tak bisa berhenti tertawa melihat kelucuan Agha. Memang makin ada-ada saja tingkah Agha ini. Segala pakai acara merapal mantera. “Agha! Abang Agha!” Agha menoleh ke Bang Arga. Menatap papanya sambil monyong-monyong. “Pelan-pelan ya? Sayang adik Rumi pelan-pelan. Oke?” ujar Bang Arga kemudian. “Bababababa!” sahut Agha. Ngga mungkin kan ngatai

