bc

Sentuhanmu Menggoda

book_age18+
497
FOLLOW
1.5K
READ
dark
stepfather
blue collar
secrets
like
intro-logo
Blurb

Cinta itu memang buta, tidak selamanya buta bisa menghancurkan dengan material. Selain itu, segala kehormatan atau martabat tidak bisa dijatuhkan dengan memandang sebelah mata. Walaupun segala rintangan datang hanya membawa berapa masalah, semua pasti akan terlewati secara perlahan-lahan. Bahkan untuk menjunjung pun pasti akan terbuka lebar.

Kirana, memang bukan seorang perempuan yang punya segala-segalanya. Dia masih memiliki sesuatu jauh dari kata-kata yang sering menghina dan mencemoohinya. Selain hinaan, dia juga mempunyai kesabaran bisa mendapatkan seluruh ketekadan tanpa ada yang tahu, bahwa dirinya bisa menjadi seorang perempuan di mata orang-orang pernah meremehkannya.

chap-preview
Free preview
Mulai dari awal
"Ma, aku berangkat. Cha, kalau ada apa-apa sama Mama. Kabari ke aku, ya." Erika tidak menyahut pamitan putrinya, untuk melihat pun dia enggan. Kirana tidak tahu kenapa, sikap mamanya berubah semenjak papa meninggalkan mereka dengan wajah yang tidak seperti dulu lagi. "Mbak tidak perlu khawatir, saya pasti akan menjaga Ibu dengan baik," ucap Ocha. Pembantu yang paling setia di rumah. Empat puluh sembilan hari berakhir, dia belum bisa melupakan semua terjadi semasa perjalanan hidup. Hingga pendidikan usai, dengan hasil memuaskan. Bisa membanggakan almarhum ayahnya. Dia sampai sekarang belum mengerti atas perjalanan dia akan lalui. "Ya sudah, aku berangkat dulu. Tetap hubungi akau apa pun yang terjadi, aku mengandalkanmu," ujar Kirana lekas beranjak dari rumah. Mobil dia sewa sudah menunggu. Ocha memberi sebuah senyuman dan melambaikan tangan padanya. Sedangkan Erika hanya duduk tidak menoleh kepergian putrinya yang entah kapan kembali pulang. Ketika mobil meninggalkan jejak dari rumah. Erika barulah menoleh dengan wajah sedih. Tidak akan ada lagi suara berisik. Bahkan untuk mendengar ocehan televisi diputar oleh putrinya. Ocha kembali masuk dan menutup pintu, lalu mendekati Erika dengan wajah lesu. "Bu, jangan terlalu banyak mikir. Mbak Kirana pasti baik-baik saja, semoga setelah dia kerja. Dia pasti pulang membawa wajah senyum," ucap Ocha, sekaligus menghibur. Erika tidak tahu, apakah Kirana akan baik-baik saja di tempat itu. Saat Santo mengembuskan napas terakhir. Erika sudah mendapat firasat tidak menyenangkan hati. Santo telah mengetahui semua seluk beluk kehidupan Kirana di luar sana. Namun, hati seorang ayah, tidak ingin menyakiti perasaan. Santo lebih memilih bungkam. Erika bisa apa, yang membuat wajah Kirana tidak semakin pilu akan hal dijalankan. "Amin, semoga apa yang dijalankan oleh Kirana. Tetap baik-baik saja," ucap Erika nada yang pelan. Namun dalam dirinya mengkhawatirkan Kirana. Kirana menatap luar jalan area tol. Sekarang dia akan menempuh kehidupan baru. Pekerjaan yang pernah disetujui dari perbincangan enam bulan lalu. Perusahaan mana yang begitu antusias menerima atas rekomendasi dari pemiliknya. Dia juga tidak tahu, apakah nanti perjalanan pada pekerjaan akan membawa keberuntungan. Ponselnya bergetar, dia menerima sebuah panggilan.  "Sudah di jalan?" "Hm, sudah. Baru lewat tol Tanjung Mulia," jawabnya. Jesika menelepon, sejak kelulusan kuliah. Jesika sekarang sudah mendapatkan pekerjaan baru. Bahkan dia langsung diangkat menjadi asisten manajer salah satu perusahaan di kota Sumatera. Siapa tidak bahagia. Baru lulus kuliah, sudah dapat posisi seperti itu. Jelas, Kirana bisa lihat, ketekunan dimiliki oleh Jesika tidak boleh diremehkan. Meskipun kehidupannya dengan sahabatnya tidak beda jauh. Sama-sama di posisi yang sangat gelap. Tapi, sahabatnya selalu mendapat pujian jempol oleh rekan-rekan kerja. Pengalamannya memang oke banget. Wajar dirinya merasa iri. Dia juga tidak mau terjerumus lebih dalam di masa lalu dia jalankan tersebut. Dia juga ingin seperti teman lainnya. Mencari kunci kesuksesan dari hasil pendidikan mereka dapatkan. "Oh, terus uda pamit sama mama?" "Sudah, tapi...." "Mungkin mama perlu waktu buat menerima. Buktikan, kamu juga bisa lewati. Jangan terlalu banyak pikiran. Ingat, pekerjaan yang kamu dapatkan itu harus dipergunakan sebaik mungkin. Nanti ada waktu senggang, kita jumpa, oke!" Kirana tidak tahu harus menjawab bagaimana. Dia belum bisa melepas kepergian ayahnya. Masih ada keperihan dibenaknya saat ini. Setelah dia baru akan memberitahu bahwa dirinya sudah usai dengan sidang meja hijau, dan berhasil. Menunggu waktu pengambilan gelar. Dia mendapat berita begitu mengejutkan. Dia merasa tidak adil, saat melihat teman-teman menunjukkan wajah bahagia bersama orang disayang. Dia harus mendapatkan wajah lesu tidak bisa diucapkan. Bahkan tiba pengambilan hasil nilai dan gelar. Mamanya enggan untuk hadir, entah kenapa perasaan itu membuat semua hancur. Bahkan ingin bertanya itu juga tidak bisa dikeluarkan. "Aku gak tahu, Jes. Aku seperti membawa...." "Gak ada. Stop, untuk memikirkan hal seperti itu. Aku yakin, kamu bisa lewati. Butuh waktu untuk beri jawaban. Sabar saja. Yakin pada dirimu. Intinya besok, jangan banyak pikiran. Fokus!" Mobil tepat berhenti satu ruko. Sopir itu ke luar dan membuka bagasi belakang. Kirana ikut ke luar dan memandang ruko itu dengan dua setengah lantai. "Ini Mbak koper dan barang-barang sudah saya turunkan," ucap Sopir itu. Kirana menoleh dan mengucapkan. "Ah! Terima kasih, sudah merepotkan." "Apa mau saya bantu angkat barangnya?" Sopir itu kembali menawarkan. "Gak perlu, aku bisa sendiri," balas Kirana dengan seulas senyuman. Sopir itu pamit untuk beranjak dari lokasi. Setelah mobil dia sewa pergi. Dia mengangkat koper dan juga barang-barangnya, sambil menelusuri ke ruko itu. "Welcome my new home," ucap Kirana pelan. Dia mengetuk tiga kali pada pintu itu. Lalu seseorang muncul membuat dirinya terkejut bukan main. Tapi entah sosok dari mana itu berasal membuat dia hampir ketakutan. "Selamat datang di rumah baru," sambut suara itu untuknya. Kirana memasang tatapan sinis pada sosok dengan muka sok akrab. "Perkenalkan, aku ... Tian. Aku tinggal di sana," ucapnya dan memberitahu kepadanya. Kirana hanya melihat sekilas dari pertunjuk lelaki satu ini. Hanya tetanggaan. Dia kembali membuka kunci dan masuk tanpa pedulikan pria itu menyambut perkenalan. Tian merasa terabaikan, kemudian dia juga ikut masuk dan bantu mengangkat barang Kirana. Kirana lagi-lagi memasang sinis pada pria itu. Tian malah senyum. "Sekalian, sebagai warga tetangga saling membantu. Aku juga kemarin baru pindah. Aku kira, cuma aku doang penghuni tempat ruko ini. Soalnya lokasi di sini masih sepi belum banyak yang tinggal," katanya. Kirana malah tidak menanggapi ocehan dari Tian. Dia malah menelusuri isi rumah yang akan dia tinggal. Semua lengkap tidak ada satu pun yang kosong. Kulkas, alat makan, bahkan kamar istirahat juga sudah bersih. "Wah, semua bersih dan lengkap. Pasti ada orang yang mengurus rumah ini. Rumahku, masih belum lengkap. Ada beberapa perabot yang rusak dimakan sama rayap, pasti orang yang urus rumah ini sangat perhatian banget ya?" ucap Tian lagi. Bahkan dia ikut melihat semua isi perabot dan dekorasi rumah. Kirana belum mengucapkan sepatah katapun. Jelas, karena ini bukan rumahnya. Dia disuruh buat tinggal, karena lokasi kerja tidak jauh dari tempat dia tinggal. Sedangkan rumah dia kontrak itu, pemiliknya sudah kembali. "Apa kamu sudah selesai melihat-lihat? Kalau gak ada perlu, bisakah kamu tinggalkan tempat ini? Aku ingin...." Tian mengerti maksud pengusiran Kirana. "Oke, oke. Mungkin di lain waktu aku datang lagi. Selamat beristirahat. Jika ada perlu apa-apa, cukup berteriak namaku tiga. Aku siap datang membantumu," ujar Tian, lalu beranjak dari rumah Kirana. Tian sekali lagi beri senyuman dan melambaikan tangan kepada Kirana. Kirana menutup pintunya. Tian kembali masuk ke rumah dengan wajah lesu. Disisi lain, seseorang tertawa karena melihat kegagalan Tian mengambil hati seorang wanita yang baru pindah. "Makan tuh! Puas menertawakan ku!" celetuk Tian, menghempaskan diri ke sofa. Orang itu menghapus air mata karena tidak henti tertawa. "Gimana aku tidak terpingkal menertawakan kamu. Menyambut dia dengan cara mengejutkannya. Jelas, dia anggap kamu itu siapa? Dia itu, tidak suka bergaul dengan orang asing." "Dari mana kamu tau, dia gak suka bergaul sama orang luar?" Tian sebaliknya penasaran. Dia memang tidak tahu siapa Kirana. Tapi dia juga penasaran. Setelah dapat kabar akan ada anggota baru menginap di ruko perumahan ini. Meskipun dia baru pindah karena diperintah sama paman sialan itu. Jelas dia tidak akan mau mengurus ruko properti miliknya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
189.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
94.8K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook