“Dasar tidak tahu terima kasih! Aku sudah menolongmu tapi ini balasanmu?!” Suara Rigen terdengar lantang memaki Zegan yang berdiri di hadapan. Ia segera menghujani Zegan dengan umpatan tepat setelah Zegan membuka pintu untuknya. Zegan sudah mengatakan pada Rigen bahwa ia berhenti berjualan di kedai yang sudah Rigen siapkan untuknya. Namun, ia tak menjelaskan secara pasti apa alasannya. Padahal Rigen sudah menyewa mahal tempat itu melihat tempat itu sangat strategis. Lokasinya berada tak jauh dari sekolah dan pabrik juga berada di dekat jalan besar yang pastinya selalu ramai. “Berapa biaya sewanya? Biar aku ganti,” ucap Zegan tanpa ekspresi yang berarti. Ia seolah tak peduli meski menjadi bahan olokan Rigen. “Cih! Semua bukan masalah biaya sewa, sialan! Lagi pula kenapa kau berhenti? T