Dia menarik napas panjang. "Kalau kamu benar-benar ingin punya anak, baiklah. Dan ingat, anak itu bukan boneka. Saat kamu punya anak, tidak melulu semua dikerjakan oleh baby sitter. Kamu harus ikut andil merawatnya karena anak itu butuh orang tuanya bukan baby sitter-nya." "Iya, tenang aja. Aku akan rawat anak kita kelak." "Juga rawat Ian dan Deri seperti anak sendiri. Sanggup?" tanyanya. "Sangguplah, kenapa enggak? Suka sama ayahnya harus suka juga sama anak-anaknya juga," balasku dengan bersemangat. Dia menanggapi ucapanku dengan mengacungkan ibu jarinya ke udara. Mobil berbelok membelah halaman. Mas Angga melepas sabuk pengaman begitu pun aku. Lalu secara bersamaan, kami turun. Mas Angga menggenggam tanganku, menarikku menuju rumahnya yang besar. Di bukannya pintu, lalu setelah aku